Dalammitos-mitos yang berkembang di Jawa, dimensi kehidupan umat manusia, mulai dari soal ekonomi, politik, sosial, kebudayaan, dan bahkan ilmu pengetahuan yang dibangun oleh kaum muslimin di sepanjang sejarah kehidupannya. Psikologi Agama dan Kesehatan Mental, Teologia, Volume 19, Nomor 1, Januari 2008 Thomas H. Leahey, A History of Program Studi Banding Edu-trip adalah program visiting education ke sekolah-sekolah yang berada di negara Singapura, yang dikenal sebagai salah satu negara termaju dalam bidang pendidikan di Asia Tenggara. Dalam Program edu-trip kita akan mempelajari model pendidikan madrasah-madrasah di Singapura, mengetahui visi misi sekolah, bagaimana kurikulum, metode pembelajaran dan lain-lain. Kita juga dapat mempelajari bagaimana kedisiplinan warga di kota Singapura. Program Wisata Program lainnya adalah kunjungn-kunjungan ke tempat bersejarah city tour seperti National Museum of Singapore, How Par Villa, Sultan Mosque, Kampung Arab, Bugis street, China Town, Patung Merlion, Singapore River, Sentosa Island. Waktu 4-6 April 2016 Biaya * tiket pesawat PP, Hotel, Transportasi, Breakfast and Dinner *Membayar DP di Bulan Januari dan Ready Passport Profil Madrasah Madrasah Madrasah Irsyad Zuhri Al-Islamiyah Madrasah Madrasah Irsyad Zuhri Al-Islamiyah adalah lembaga pendidikan yang berada di bawah naungan MUIS Majelis Ugama Islam Singapura yang menerapkan pendidikan islam dengan metode pembelajaran akƟf serta pemanfaatan teknologi sebagai bagian pendidikannya. Didirikan pada tahun 1947 oleh Kyai Haji Ahmad Zuhri, seorang ulama yang berdakwa di Singapura, Madrasah Irsyad Zuhri Al-Islamiyah berkembang menjadi pusat pendidikan Islam yang menggabungkan pendidikan Islam, pendidikan sekuler, Bahasa Arab dan penggunaan teknologi terkini. Pada tahun 2009 Madrasah Irsyad Zuhri Islamiyah diakui dalam jurnal “The 500 Most InfluenƟal Muslims” sebagai Model Sekolah masa depan karena keberhasilannya menjalankan pendidikan yang imbang antara pendidikan agama dan pendidikan sekuler dengan model pendidikan yang progresif. Madrasah al-Junied al-Islamiyah Terletak di Jalan Victoria Lane 30 Singapura. Lembaga ini merupakan sekolah Islam tertua keƟga di Singapura setelah Madrasah al-Sagaff dan al-Arabiyah. Madrasah al-Juneid didirikan oleh Syeid Abdur Rahman bin Umar bin Junied bin Ali al-Juneid pada tahun 1927 di atas tanah wakaf dari kakeknya, Syeid Umar bin Ali al-Juneid. Saat ini, kurikulum pendidikan yang dijalankan di Madrasah al-Junied al-Islamiyah merupakan kurikulum yang mengedepankan pendidikan agama Islam dan Bahasa Arab yang digabungkan dengan pendidikan umum sesuai standar kementrian pendidikan Singapura. Kurikulum agama yang dijalankan berkiblat pada pendidikan di Univ. Al Azhar Mesir. Pembelajaran mengenai materi keilmuan umum di Madrasah al-Junied al-Islamiyah di integrasikan dengan materi keilmuan agama yang berarƟ kajian-kajian keilmuan umum seperƟ biologi, fisika dan kajian keilmuan lainnya dihubungkan dengan kajian yang bersumber dari Qur’an dan Sunnah. Jadwal Perjalanan Contact Person Rahmawati 0812-9697-9262 Ita 0852-1190-6237 Kesep 08157888-7491 Melihatkondisi yang berkembang di mana pengajaran yang dilakukan di sekolah pada saat ini lebih banyak sifatnya menghafal materi pelajaran ketimbang kemampuan untuk memperoleh dan mengembangkan materi tersebut. karangan maulana Alam al-Hajjar ada dua belas sifat yang ditunjukkan oleh guru terhadap siswa dalam proses belajar mengajar yaitu Religion schools in Singapore called madrasah. It was established by scholars who generously donating land and buildings for the purpose of Islamic education to Muslims who are a minority in Singapore. This article aims to identify how the management of religious schools or implemented Islamic Education in Singapore to ensure the continuity of Islamic education to Muslims. The method of collecting data are using open interviews to the administrative Madrasah Division and Mosque Division in the Islamic Religious Council of Singapore MUIS and from other sources. In Singapore, all schools should be established under the supervision and control by the Islamic Religious Council of Singapore. There are three types of religious schools in Singapore- full-time Madrasah, part-time Madrasah and public Islamic Education. The curriculum used by full-time madrasahs called Azhari curriculum and also used national curriculum. Part time Madrasah conducted in the mosque using aLive curriculum which is part of the implementation of the program of Singapore Islamic Education SIES. Private Madrasah implemented part-time tuition and build their own curriculum mainly to study the Quran and Fardhu Ain. While NGOs only serves as a pillar of the implementation of Islamic education to the community through activities and religious education classes. Keywords Islamic Religious School, Management of Education, Islamic Education System Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free SISTEM PENDIDIKAN ISLAM SEKOLAH AGAMA MADRASAH DI SINGAPURA Islamic Education System at Religious School Madrasah in Singapore Oleh Nor Raudah Hj Siren* Azrin Ab Majid** Syed Muhd Khairuddin Aljunied*** Abstrak Sekolah Agama di Singapura disebut madrasah. Ia ditubuhkan oleh ulama yang bermurah hati untuk mewakafkan tanah dan bangunan untuk tujuan pendidikan Islam kepada masyarakat Islam yang merupakan golongan minoriti di Singapura. Artikel ini bertujuan untuk mengenalpasti bagaimana pengurusan sekolah agama rakyat atau disebut madrasah dilaksanakan di Singapura bagi memastikan kelangsungan pendidikan Islam kepada masyarakat Islam. Pengumpulan data menggunakan temubual terbuka kepada pentadbiran bahagian Madrasah dan bahagian masjid di Majlis Ugama Islam Singapura MUIS untuk mendapatkan maklumat tentang pengurusan madrasah di samping memperolehi maklumat dari pelbagai sumber yang lain. Di Singapura, semua madrasah yang ditubuhkan perlu di bawah pengawasan dan kawalan Majlis Ugama Islam Singapura MUIS. Terdapat tiga jenis sekolah agama di Singapura iaitu madrasah sepenuh masa, madrasah separuh masa dan pengajian umum. Kurikulum yang digunakan oleh madrasah sepenuh masa ialah kurikulum azhari dan kurikulum kebangsaan. Madrasah separuh masa yang dijalankan di masjid menggunakan kurikulum aLIVE iaitu sebahagian dari pelaksanaan program Singapore Islamic Education of Singapore SIES. Madrasah swasta pula menjalankan aktiviti pendidikan Islam secara tusyen dan separuh masa denan membina kurikulum sendiri terutama untuk pengajian al-Quran dan Fardu Ain. Manakala NGO hanya berfungsi sebagai pendokong kepada pelaksanaan pendidikan Islam kepada masyarakat melalui aktiviti dakwah dan kelas-kelas pengajian agama. Kata Kunci Madrasah, Sekolah Agama, Pengurusan Pendidikan, Sistem Pendidikan Islam Abstract Religion schools in Singapore called madrasah. It was established by scholars who generously donating land and buildings for the purpose of Islamic education to Muslims who are a minority in Singapore. This article aims to identify how the management of religious schools or implemented Islamic Education in Singapore to ensure the continuity of Islamic education to Muslims. The method of collecting data are using open interviews to the administrative Madrasah Division and Mosque Division in the Islamic Religious Council of Singapore MUIS and from other sources. In Singapore, all schools should be established under the supervision and control by the Islamic Religious Council of Singapore. There are three types of religious schools in Singapore- full-time Madrasah, part-time Madrasah and public Islamic Education. The curriculum used by full-time madrasahs called Azhari curriculum and also used national curriculum. Part time Madrasah conducted in the mosque using aLive curriculum which is part of the implementation of the program of Singapore Islamic Education SIES. Private Madrasah implemented part-time tuition and build their own curriculum mainly to study the Quran and Fardhu Ain. While NGOs only serves as a pillar of the implementation of Islamic education to the community through activities and religious education classes. Keywords Islamic Religious School, Management of Education, Islamic Education System * Nor Raudah Hj Siren merupakan Pensyarah Kanan di Jabatan Dakwah dan Pembangunan Insan, Akademi Pengajian Islam Universiti Malaya, Kuala Lumpur. E-mail raudah68 ** Azrin Ab Majid merupakan pelajar PhD di Jabatan Dakwah dan Pembangunan Insan, Akademi Pengajian Islam Universiti Malaya, Kuala Lumpur. *** Syed Muhd Khairuddin Aljunied merupakan Profesor Madya di Jabatan Pengajian Melayu Department of Malay Studies, Fakulti Sastera dan Sosial Sains Faculty of Arts and Science Social, National University of Singapore. Email mlsasmk Jurnal al-Tamaddun Bil 9 2 2014, 17-28 Pendahuluan Masyarakat Islam di Singapura merupakan golongan minoriti. Data pada tahun 2010 mengatakan penduduk muslim yang berusia 15 tahun ke atas di Singapura berjumlah 457,435 orang iaitu 8,332 orang berbangsa Cina, 382,017 orang berbangsa Melayu, 57,546 orang berbangsa India dan 9,540 orang lain-lain bangsa1. Sebahagian besar muslim di Singapura bermazhab Syafie, sebahagiannya bermazhab Hanafi dan terdapat kelompok muslim Syiah2. Sejarah perkembangan Islam di Singapura bermula pada abad ke-19 dengan dua kelompok migran yang berasal dari dalam dan luar wilayah. Migran dari dalam wilayah berasal dari Jawa, Sumatera, Sulawesi, Riau dan Bawean. Kelompok ini dikenali sebagai etnik Melayu. Kelompok dari luar wilayah pula menjadi dua kelompok penting iaitu India Muslim yang berasal dari Pantai Timur dan Pantai Selatan India manakala satu lagi ialah keturunan Arab Hadramaut3. Kelompok migran dari luar wilayah ini secara umumnya dari golongan muslim yang kaya dan terdidik sehingga membentuk kelompok elit sosial dan ekonomi di Singapura. Mereka mempelopori perkembangan pusat pendidikan dan penerbitan muslim. Mereka juga menjadi penyumbang dana terbesar untuk pembangunan masjid, lembaga pendidikan dan organisasi sosial Islam yang lain. Di antara mereka dikenali dengan keluarga al-Sagof, al-Kaff dan al-Juneid. Selain itu, mereka juga mengahwini penduduk Melayu di Singapura. Perkahwinan campur Arab- Melayu telah mewujudkan bangsa Arab-Melayu. Perkahwinan imigran muslim India pula mewujudkan bangsa Jawi Peranakan. Kemunculan heterogony penduduk Muslim Singapura ini melambatkan proses asimilasi kemelayuan tetapi mewujudkan komuniti Muslim4. Kedatangan imigran secara besar-besaran ini telah menjadikan Singapura sebagai pusat perdagangan dan pusat informasi dan dakwah Islam. Pada awal perkembangan Islam, masyarakat Asia Tenggara khususnya di Singapura terikat dengan pengajaran tasawuf yang diminati oleh para ulama tempatan dan raja-raja Melayu. Kumpulan tarekat sufi terbesar di Singapura hingga kini ialah Tariqat Alawiyyah di Masjid Ba’lawi di bawah pimpinan Syed Hasan Bin Muhammad bin Salim al-Attas. Selain itu terdapat juga tarekat al-Qadiriyyah wa al-Naqshabandiyyah yang berpusat di Geylang Road di bawah kelolaan Persatuan Taman Pengajian Islam PERPTAPIS. Tarekat yang lain ialah al-Shaziliyyah, al-Idrisiyyah, al-Darqawiyyah dan al-Rifa’iyyah5. Di bawah sistem pendidikan yang pesat di Singapura, penekanan dan keutamaan penggunaan bahasa Inggeris sebagai bahasa wajib di sekolah-sekolah pada tahun 1980, telah menjadikan bahasa Inggeris sebagai bahasa perantaraan masyarakat Singapura dan disokong pula dengan percampuran etnik melalui pembangunan perumahan. Pada tahun 1887 seramai 143 warga Muslim Singapura telah menghantar petisyen kepada Gabenor untuk melantik kadi bagi urusan perkahwinan umat Islam. Penetapan Ordinan Perkahwinan Umat Islam Mahomedan Marriage Ordinance 1890 memperlihatkan kolonial Inggeris hanya melihat agama Islam dalam soal perkahwinan dan perceraian sahaja6. Setelah Singapura merdeka pada tahun 1965, The Administration of Muslim Law Act AMLA telah dibentuk. Lembaga ini dibahaskan di Parlimen pada 13 Disember 1965, dan menjadi undang-undang 1Department of Statistics, Ministry of Trade and Industry, Singapore, bertarikh 11 September 2014 2 Sharon Siddique dan Taufik Abdullah 1986 Islam and Society in Southeast Asia, Singapore ISEAS, hal. 390 3 Ibid, hal. 391 4 Sharon Siddique and Taufik Abdullah 1989, Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara, Jakarta Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial, hal. 391 5 Munzir Hitami, Dr 2006 Sejarah Islam Asia Tenggara, Pekanbaru Alaf Riau, hal. 32 6 Sharon Siddique and Taufik Abdullah 1989, hal. Sistem Pendidikan Islam Sekolah Agama Madrasah di Singapura 19 pada 25 Ogos 1966. Akta ini memberikan ruang yang fleksibel bagi Dewan Agama Islam, Pengadilan Agama dan Pencatat Perkahwinan Islam dalam menetapkan hukum syariah. Pada tahun 1966 AMLA mencadangkan pembentukan Majlis Ugama Islam Singapura - Islamic Religious Council of Singapore MUIS sebagai satu badan agama bagi menjadi penasihat Presiden Singapura dalam hal berkaitan dengan agama Islam di Singapura. Pelantikan pertama anggota MUIS dilakukan pada tahun 1968. Bersama dengan Pengadilan Syariah dan Pencatat Perkahwinan Islam, MUIS merupakan pusat pembangunan Muslim di Singapura. Tugas MUIS ialah memantau dan melaksanakan kegiatan Islam di Singapura seperti mengeluarkan sijil halal, menetapkan waktu solat dan menguruskan pernikahan dan perceraian secara Islam. Selain itu, MUIS juga berperanan dalam urusan pengelolaan zakat, infaq, sedekah dan wakaf ZIS Wakaf. Hal ini bagi menjaga amanah agama Islam dan memastikan pengurusan ekonomi Islam dapat dilaksanakan untuk kemaslahatan umat Islam di Singapura. Seorang guru besar The Australian National University iaitu Milner berpendapat Singapura memiliki indikasi “jiwa Syariat” dalam kalangan Muslimnya7. Richard C. Martin 2004 pula dalam bukunya Enclycopedia of Islam and the Muslim World, mengatakan perbezaan dasar yang dapat diketengahkan antara Indonesia, Malaysia dan Singapura ialah adanya gerakan reformis yang berusaha mentranformasikan budaya dan masyarakat dan mereka berusaha untuk memperkasakan proses politik untuk mendirikan sebuah negara Islam8. Sistem Pendidikan Islam Di Singapura Sejarah awal munculnya pendidikan Islam di Singapura dikatakan berkembang sejak awal kedatangan Islam ke Singapura itu sendiri. Pendidikan Islam di Singapura disampaikan oleh para ulama yang berasal dari negeri lain di Asia Tenggara atau dari Negara Asia Barat dan dari benua kecil India. Para ulama tersebut di antaranya ialah Syaikh Khatib Minangkabau, Syaikh Tuanku Mudo Wali Aceh, Syaikh Ahmad Aminuddin Luis Bangkahulu, Syeikh Syed Usman bin Yahya bin Akil Mufti Betawi, Syaikh Habib Ali Habsyi Kwitang Jakarta, Syaikh Anwar Seribandung Palembang, Syaikh Mustafa Husain Purba Baru Tapanuli, dan Syaikh Muhammad Jamil Jaho Padang Panjang. Potensi peningkatan umat Islam mula jelas dengan pemerkasaan pendidikan di madrasah, masjid dan tertubuhnya pertubuhan bukan kerajaan NGO. Perkembangan pendidikan Islam di Singapura mula menjadi perhatian apabila Majelis Pendidikan Anak-anak Islam MENDAKI mengambil berat isu pendidikan bagi anak-anak muslim. Pemimpin Melayu Muslim berjaya menarik sokongan yang besar dalam kalangan kelompok Melayu-Muslim dan pemerintah sehingga Majelis telah bertukar menjadi Yayasan Mendaki Council for the Development of Singapore Malay/Muslim Community pada tahun 1982. Yayasan ini memberi kuasa kepada masyarakat melalui kecemerlangan dalam pendidikan dalam konteks Singapura yang terdiri dari berbilang kaum dan agama. Pada tahun 2002, Yayasan MENDAKI diselaraskan dan memberi tumpuan kepada empat bidang utama iaitu Pendidikan, Belia, Keluarga dan Pekerjaan. 30% Program MENDAKI menyasarkan penduduk Melayu/Islam dan subsidi untuk program pencegahan dan pembangunan. MENDAKI bergabung untuk saling menyokong dan mendokong dengan agensi-agensi kerajaan, sekolah, masjid, pertubuhan Melayu/Islam, majikan, pusat komuniti dan pusat MAECs, keluarga dan menjadi pusat perkhidmatan pelajar9. 7 Iik Arifin Mansurnoor dan Drs. Dadi Damadi 2002 “Minoritas Islam” dalam Ensklopedi Tematis Dunia Islam Asia Tenggara, Jakarta Ichtiar Baru Van Hoeve, hal. 464. 8 Richard C. Martin 2004 Encyclopedia of Islam and the Muslim World Volume 2 M-Z, New York Macmillan Reference USA, hal. 582 9 Yayasan Mendaki, bertarikh 11 September 2014 Jurnal al-Tamaddun Bil 9 2 2014, 17-28 Majlis Ugama Islam Singapura juga telah memainkan peranan utama dalam memantau dan mengurus perkembangan pendidikan Islam di Singapura melalui bahagian Religious Education Cluster dan Mosque and Social Development Cluster. MUIS telah membentuk kurikulum pendidikan Islam tersendiri yang disebut Singapore Islamic Education System SIES. SIES merupakan kurikulum yang dibangunkan untuk pendidikan Islam di Singapura yang dilaksanakan secara separuh masa. Ia bertujuan untuk menyediakan Muslim dari pelbagai tahap usia untuk memahami, berbangga dan mengamalkan Islam sebagai cara hidup terutama dalam menghadapi cabaran semasa. Kurikulum ini sesuai, dinamik dan menjadi satu pengalaman pembelajaran umat Islam di Singapura. Kurikulum ini menyasarkan untuk melahirkan insan yang soleh, bertakwa dan berakhlak mulia serta memahami ilmu pengetahuan tentang Islam dan mengamalkannya10. Rajah 1 Jenis Pendidikan Islam di Singapura Rajah 1 menunjukkan Singapura melaksanakan tiga jenis pendidikan Islam untuk masyarakat Islamnya iaitu pendidikan separuh masa, pendidikan sepenuh masa dan program pengajian Islam awam. 1. Pendidikan Separuh Masa Program pendidikan Islam berbentuk separuh masa dilaksanakan di masjid-masjid dan di sekolah agama swasta Private Islamic Religious School. Pelaksanaan pendidikan Islam separuh masa hanya dilaksanakan pada hujung minggu kerana kekangan waktu persekolahan kebangsaan sehingga ke waktu petang. Menurut Encik Muhammad Taufiq, “dulu pelaksanaan sekolah agama boleh dijalankan secara sepenuh masa pada waktu petang. Tetapi setelah sekolah kebangsaan melanjutkan masa pengajian hingga ke waktu petang, maka alternatif kelas hujung minggu terpaksa dilaksanakan bagi memastikan anak-anak Muslim memperolehi pendidikan Islam”11. Masjid telah diperkasakan fungsinya bukan hanya sebagai pusat ibadah bahkan telah diimarahkan dengan peranan sebagai pusat kegiatan umat Islam sebagaimana zaman Rasulullah SAW. Pada masa ini, Singapura memiliki 70 buah masjid yang menawarkan kelas untuk belajar agama dan disiplin ilmu lain dengan 27 masjid melaksanakan sistem madrasah separuh masa. Mereka memiliki sistem pengurusan masjid yang moden dan eksklusif serta memiliki sistem pengajian yang khusus. Masjid di Singapura bukan sebagai tempat ibadah sahaja bahkan telah dijadikan Pusat Pembelajaran Islam dan Pembangunan Masyarakat. Pengurusan masjid dilaksanakan secara sukarela oleh masyarakat setempat melalui Mosque Management Board MMB dengan pemantauan Mosque and Social Development Cluster, MUIS. 10 Muhammad Taufiq Arifin, Assistant Head, Madrasah Policy & Planning Strategic Unit, Majlis Ugama Islam Singapura, temubual pada 7 Mei 2014, juga terdapat dalam Majlis Ugama Islam Singapura, dan bertarikh 11 September 2014. 11 Op cit, Muhammad Taufiq Arifin, temubual pada 7 Mei 2014 Separuh masa Madrasah Masjid Madrasah Swasta Sepenuh Masa Madrasah Pengajian Islam Awam Pertubuhan Masjid Sistem Pendidikan Islam Sekolah Agama Madrasah di Singapura 21 Sekolah Islam swasta Private Islamic Religious School pula turut berfungsi mendokong dan menyokong pelaksanaan pendidikan Islam di Singapura iaitu al-Khairiah Islamic School, Madrasah at-Tahzibiah al-Islamiah dan Sekolah Ugama Radin Mas. Madrasah ini ditubuhkan atas nama syarikat dan menggunakan kurikulum diniah sendiri tumpuan Pengajian al-Quran dan Fardu Ain secara separuh masa dan dilaksanakan di hujung minggu dalam bentuk tuisyen. Sekolah ini merupakan alternatif untuk ibu bapa yang tidak memilih madrasah masjid12. Selain itu, usaha pembangunan pendidikan Islam juga digerakkan oleh Andalus Corporation. Pertubuhan yang berdaftar dengan pendaftar pertubuhan ini menawarkan kelas bimbingan nurseri, prasekolah, kanak-kanak, menengah, remaja, dewasa, tahfiz hingga peringkat diploma kepada masyarakat Islam di Singapura13. Bagi pelaksanaan pendidikan Islam di Masjid, kurikulum khas dibentuk oleh MUIS dengan memperkenalkan Singapore Islamic Education System SIES dengan memperkenalkan kurikulum aLIVE sebagaimana rajah 2 di bawah; • Kids • Tweens • Teens • Youths • 5 - 8 tahun • 9- 12 tahun • 13- 16 tahun • 17 - 20 tahun Rajah 2 Kurikulum Pendidikan Islam Separuh Masa aLIVE Berdasarkan Rajah 2, MUIS bersama kumpulannya telah memperkenalkan Mosque Madrasah dengan kurikulum aLIVE yang menyasarkan pendidikan Islam untuk awal kanak-kanak berusia 5-8 tahun Kids, kanak-kanak berusia 9 – 12 tahun Tweens, remaja berusia 13 – 16 tahun Teens dan belia berusia 17 – 20 tahun Youth. Program ini merupakan sebahagian dari program dalam Sistem Pendidikan Islam Singapura Singapore Islamic Education System- SIES. Bagi melaksanakan program ini, MUIS telah memperuntukkan dan mentadbir sendiri dana pendidikan Islamnya untuk memastikan kualiti program dan meningkatkan sistem pendidikan Islam di Singapura14. Terdapat empat mata pelajaran dalam kurikulum aLIVE iaitu Faith & Practices Akidah dan Fiqh, Character & Life Skill Akhlaq, Social & Civilisational Islam Sirah dan Tarikh dan Quranic Literacy Iqra’ dan Quran. Keempat-empat mata pelajaran ini dilaksanakan secara bersepadu mengikut tema dan tahap yang ditetapkan. Contohnya tema kejiranan akan diajar kepada pelajar tahap 2 Tweens. Melalui tema tersebut, pelajar akan diajar berdasarkan keempat-empat aspek mata pelajaran iaitu tentang aspek akidah dan fiqh, akhlaq, sirah dan ayat al-Quran yang berkait dengan aspek kejiranan menurut Islam. Pendidikan Islam separuh masa ini tidak ada peperiksaan. Pelajar difokuskan untuk memahami Islam sebagai cara hidup, teori dan amali15. 2. Pendidikan Sepenuh Masa Pendidikan sepenuh masa dilaksanakan di sekolah atau madrasah secara formal. Madrasah berasal dari perkataan Arab yang bermaksud sekolah’ atau dengan maksud sekolah agama Islam. Madrasah ini memperkenalkan sistem pendidikan Islam, mempelajari al-Quran dan al-Hadith yang dikendalikan oleh alim ulama atau dikendalikan oleh masjid. 12 Sharifah Thalha Binti Syed Haron, Eksekutif, Unit Dasar & Perancangan Madrasah, Majlis Ugama Islam Singapura, temubual pada 7 Mei 2014 13 Andalus Corporation, Bertarikh 11 September 2014 14 Op cit, Muhammad Taufiq Arifin, temubual pada 7 Mei 2014 dan lihat 15Amira Bte Abdul Rahim, Senior Executive, Youth education Stategic unit, MUIS, temubual bertarikh 7 Julai 2014. Jurnal al-Tamaddun Bil 9 2 2014, 17-28 Sistem Pendidikan Islam di Singapura pula dijalankan secara tradisional menggunakan sistem persekolahan pondok sebagaimana di Malaysia, Patani dan pesantren Indonesia. Sistem persekolahan moden pula merujuk kepada Mesir dan Barat, yang dikenali dengan nama madrasah, sekolah arab atau sekolah agama. Sistem pendidikan barat telah memperkenalkan konsep pendidikan kolonial dualisme yang telah memisahkan antara ilmu agama dengan ilmu sekular dunia, sebagaimana rajah 3, di bawah; Rajah 3 Kurikulum Madrasah Berdasarkan rajah 3 di atas, setiap madrasah memiliki kurikulum diniah yang tersendiri yang disebut sebagai kurikulum Azhari. Setiap madrasah akan membuat perjanjian dan penyemakan kurikulum diniah mereka dengan universiti-universiti di Timur Tengah. Contohnya Madrasah al-Maarif dan Madrasah Wak Tanjong telah melaksanakan penyemakan kurikulum diniah mereka ke Riyadh dan Universiti Azhar untuk tujuan kelayakan pelajar mereka menyambung pelajaran ke sana. Terdapat enam 6 kumpulan mata pelajaran diniah yang terdiri dari komponen subjek Syariah dan Usuluddin yang kesemuanya berasal dari 18 subjek Azhari. Manakala kurikulum kebangsaan menawarkan peperiksaan O Level dan A Level untuk melayakkan mereka memasuki universiti tempatan atau universiti di Malaysia seperti di Universiti Islam Antarabangsa Malaysia dan Universiti Di Madrasah al-Arabiah al-Islamiah penumpuan diberikan kepada kurikulum diniah dan kebangsaan untuk melahirkan saintis Muslim. Oleh itu, mata pelajaran sains tulen ditawarkan di samping kurikulum diniah dengan tambahan kurikulum tahfiz dan al-Quran. Madrasah al-Junied pula memberi tumpuan untuk melahirkan asatizah atau ulama. Oleh itu madrasah ini memberi tumpuan kepada subjek diniah dan menawarkan beberapa subjek kebangsaan yang utama sahaja iaitu Matematik, English dan Sains. Kesemua madrasah menawarkan pendidikan Islam sepenuh masa sejak peringkat rendah hingga peringkat A Level kecuali Madrasah al-Junied dan Madrasah al-Arabiah al-Islamiah yang hanya menawarkan pengajian ke peringkat menengah sahaja. Satu-satunya Madrasah iaitu Madrasah al-Irsyad masih menggunakan kurikulum diniah yang dibangunkan oleh MUIS untuk mengambil peperiksaan Sijil Empat Thanawi STE. Walau bagaimanapun, kurikulum tersebut sudah diurus sepenuhnya oleh madrasah tersebut tanpa campur tangan MUIS Muhammad Taufiq, 7 Mei 2014. Semua madrasah tertakluk dengan Akta Pendidikan di bawah Section 87 dan 88, Enakmen Pentadbiran Undang-undang Islam. Kawalan sekolah agama Islam diletakkan di bawah pihak MUIS. 16 Op. cit, Muhammad Taufiq Arifin, temubual pada 7 Mei 2014 •Pendidikan Islam 6 kumpulan subjek Azhari •Bahasa Arab KURIKULUM DINIAH •Matematik •Bahasa Melayu •Bahasa Inggeris •Geografi •Sejarah •Sains Aliran sains Kimia, Biologi, Fizik dan Add Math KURIKULUM KEBANGSAAN Sistem Pendidikan Islam Sekolah Agama Madrasah di Singapura 23 Madrasah ditubuhkan bagi melahirkan muslim yang berpendidikan untuk memimpin masyarakat berkaitan dengan aktiviti agama. Secara umumnya, semua kemudahan diberikan oleh kerajaan untuk kemudahan madrasah yang dibina di atas tanah wakaf. Setiap madrasah memiliki jawatankuasa pengurusan sendiri yang berdaftar di bawah Akta Pendidikan. Ahli Jawatankuasa tersebut telah berdaftar dengan Kementerian Pendidikan MOE pada setiap dua tahun dengan nasihat dari MUIS. Oleh itu, sebarang aktiviti madrasah adalah di bawah kawalan MUIS di bawah seksyen 58 dan 59, AMLA dan semua tanah wakaf diserahkan kepada MUIS dan semua aktiviti agama mesti dengan kebenaran MUIS, di bawah seksyen 87 dan 88, AMLA17. Rajah 4 Jenis madrasah sepenuh masa Terdapat enam madrasah terbesar di Singapura pada masa ini yang menjalankan pembelajaran sepenuh masa. Enam buah madrasah di Singapura diurus secara moden dan profesional berserta kelengkapan yang baik terutama sistem teknologi maklumat. Keenam-enam madrasah berada di bawah naungan MUIS dengan satu sistem pendidikan yang mempersepadukan ilmu-ilmu agama dengan ilmu-ilmu umum. Mata pelajaran yang diajar di madrasah ialah mata pelajaran pendidikan Islam diniah dan Bahasa Arab di samping mata pelajaran Berdasarkan rajah 4 di atas, terdapat dua jenis pengurusan madrasah di Singapura iaitu pengurusan sepenuhnya oleh Madrasah Lembaga Pengelola Madrasah, dan pengurusan yang dilaksanakan oleh Lembaga Pengelola Madrasah dan MUIS Joint Madrasah System. Pengurusan tiga buah madrasah iaitu madrasah Madrasah al-Maarif al-Islamiah, Madrasah Wak Tanjong al-Islamiah dan Madrasah al-Sagoff dilaksanakan oleh Lembaga Pengelola Madrasah sepenuhnya tanpa campur tangan MUIS. Peranan MUIS hanya menerima pendaftaran madrasah, memantau perkembangan dan memperolehi data dan maklumat madrasah serta menyalurkan dana kepada madrasah. Segala urusan pengurusan pentadbiran madrasah termasuk penetapan kurikulum dan pelantikan guru adalah di bawah kuasa madrasah itu Pada tahun 2008, MUIS telah memperkenalkan Joint Madrasah System JMS bagi tujuan membantu meningkatkan sistem pengurusan dan kesinambungan visi dan misi madrasah bagi melahirkan para agamawan Islam. JMS ini juga telah mewujudkan kurikulum yang komprehensif dan seimbang antara ilmu Islam dan sains moden dan pendekatan yang digunakan adalah mengikut keperluan semasa. Pada tahun 2009, tiga madrasah telah menyertai JMS ini iaitu Madrasah al-Irsyad al-Islamiah, Madrasah Aljunied al-Islamiah dan Madrasah al-Arabiah al-Islamiah apabila satu perjanjian MoU ditandatangani oleh pengurusan madrasah pada tahun 2007. JMS ini membolehkan pengurusan madrasah mendapat sumber manusia, kewangan dan info-komunikasi daripada MUIS manakala pihak 17 Op. cit, Muhammad Taufiq Arifin, temubual pada 7 Mei 2014 dan dalam Majlis Ugama Islam Singapura, bertarikh 11 September 2014 Sharifah Thalha, temubual bertarikh 7 Mei 2014 dan email bertarikh 10 Mac 2014 dan dalam http// 19 Op. cit, Muhammad Taufiq Arifin, temubual pada 7 Mei 2014 Madrasah •Madrasah al-Maarif al-Islamiah •Madrasah Wak Tanjong al-Islamiah •Madrasah al-Sagoff Joint Madrasah System •Madrasah al-Irsyad al-Islamiah •Madrasah Aljunied al-Islamiah •Madrasah al-Arabiah al-Islamiah Jurnal al-Tamaddun Bil 9 2 2014, 17-28 pengurusan madrasah memberi tumpuan kepada fungsi teras madrasah iaitu mendidik pelajar dan melahirkan pemimpin masa depan agama dan asatizah. Melalui sistem JMS ini juga, para guru madrasah akan diberi latihan perguruan trained teachers and educators di National Institute of Education NIE dengan kerjasama Akademi MUIS Sharifah Thalha, 10 Mac 2014 dan 7 Mei 2014. Pada 2003, guru madrasah telah memperolehi latihan dengan kerjasama Edith Cowan University, Western Australia. Selepas itu mendapat Latihan Khas Pengajaran dan Pembelajaran anjuran NIE-International dan MUIS. Pada masa ini, seramai 200 orang guru atau lebih 90% guru madrasah telah mendapat latihan ikhtisas perguruan. Kursus yang dilaksanakan semasa dalam perkhidmatan ini membolehkan guru-guru madrasah memiliki kemahiran perguruan. Menurut Dr Yaacob Ibrahim, Menteri Ehwal Masyarakat Islam, kerjasama madrasah untuk menghantar guru-guru mereka mampu meningkatkan mutu pendidikan di madrasah. Hal ini kerana latihan perguruan merupakan aspek yang penting dalam sistem pendidikan20. Menurut Syarifah Thalha, pada masa ini terdapat 250 orang guru madrasah di Singapura dan 200 orang daripadanya sudah memiliki ikhtisas perguruan21. Latar Belakang Madrasah a Madrasah al-Junied al-Islamiyyah Madrasah ini dibuka pada tahun 1927 oleh Sayyid Abdur Rahman bin Junied bin Umar bin Ali Aljunied, dengan dana yang diwakafkan oleh datuknya Sayyid Umar Bin Ali AlJunied, dari Palembang. Bermula dengan 10 orang pelajar, kini jumlah pelajarnya telah meningkat sehingga 1200 orang. Madrasah ini juga menerima pelajar-pelajar luar terutama Malaysia, Indonesia dan Brunei Darussalam dan pada tahun 1936 memperkenalkan kelas grooming untuk pemimpin Islam disebut “Qismut-Takhassus Fil Wa’dz Wal Irsyad” yang dikendalikan oleh Syeikh Abdurrahim Ibrahim Assamnudy dari Eqypt. Kemudian, kelas agama khas diperkenalkan pada waktu petang untuk pelajar-pelajar yang bersekolah kerajaan di waktu pagi. Pada tahun 1941, madrasah ini bertukar nama menjadi Darul Ulum Addiniyah Aljunaidiyah dan menggunakan nama asalnya kembali pada tahun 194522 . Pada tahun 60-an, mula memasukkan kurikulum perdana iaitu Bahasa Inggeris, Matematik, Sains, Geografi, Sejarah dan bahasa Melayu di samping kurikulum agama dan bahasa Arab. Integrasi kurikulum perdana dan agama ini menjadikan ibubapa yakin untuk menghantar anak-anak mereka ke Madrasah ini. b Madrasah al-Ma’arif al-Islamiah Madrasah ini didirikan pada tahun 1940-an. Pengasas madrasah ini adalah lulusan universiti al-Azhar, Mesir bertempat di Geylang, Singapura. Madrasah ini dibangunkan khas untuk pelajar perempuan sahaja dari peringkat sekolah rendah, menengah dan pra-Universiti. Sekolah ini diurus oleh Jawatankuasa Pengurusan yang anggotanya dilantik dua tahun sekali oleh Kementerian Pendidikan dengan nasihat Majlis Ugama Islam Singapura. Mata pelajaran yang ditawarkan ialah pelajaran agama Islam dan kurikulum Kementerian Pendidikan Singapura23. c Madrasah Wak Tanjong Al-Islamiyyah Madrasah Wak Tanjong Al-Islamiah ditubuhkan pada tahun 1958 oleh Ustaz Mohd Noor Bin Taib. Pada awal pembukaan menerima 100 orang pelajar dengan empat orang guru. Pada tahun 1975 telah didaftarkan dengan Kementerian Pelajaran Singapura dan jumlah pelajarnya meningkat menjadi 800 20 Berita On Suria, Singapura bertarikh 20 Februari 2014 21 Syarifah Thalha, Temubual bertarikh 7 Mei 2014 22 Madrasah Aljunied Al Islamiyyah, bertarikh 5 Mei 2014 23 Madrasah Al-Maarif Al-Islamiah, bertarikh 5 Mei 2014 Sistem Pendidikan Islam Sekolah Agama Madrasah di Singapura 25 orang dengan 38 orang kakitangan. Memiliki bangunan sekolahnya sendiri pada tahun 1993. Objektif utamanya ialah memberikan pendidikan Islam dan menyediakan pelajar untuk menjadi muslim yang baik24. d Madrasah Al-Sagoff atau Al-Saqaf Didirikan pada tahun 1912 di atas tanah yang diwaqafkan oleh Syed Muhammad bin Syed Al-Saqof. Institusi ini menawarkan pengajaran ilmu Islam, Bahasa Arab dan Bahasa Inggeris untuk masyarakat Islam Singapura. Padaa awal penubuhan hanya kanak-kanak lelaki yang mendaftar tetapi selepas kependudukan Jepun di Singapura pada tahun 1944, ramai pelajar perempuan mula mendaftar. Dua dekad kemudian, pelajar lelaki mula susut dan akhirnya menjelang tahun 1966, Pemegang Amanah Kumpulan Wang Wakaf Syed Mohamed Alsagof telah menetapkan institusi ini hanya untuk kanak-kanak perempuan sahaja. Pada tahun 1973, sekolah ini diurus pula oleh The Muslimin Trust Fund Association. Sekolah ini menyediakan pendidikan Islam untuk kanak-kanak selama enam tahun di peringkat rendah dan empat tahun di peringkat menengah. Oleh itu, di samping pendidikan Islam, sistem pendidikan kebangsaan juga turut ditawarkan untuk mengambil peperiksaan GCE O’ Level bagi melayakkan pelajar meneruskan pengajian ke peringkat tinggi25. e Madrasah al-Arabiah al-Islamiah Madrasah ini ditubuhkan pada tahun 1937 oleh pengasanya Sheikh Omar Bamadhaj di Hillside Drive di bawah pengurusan Masjid Haji Mohd Yusuff. Pada tahun 1950-an madrasah ini telah diperbadankan sebagai sebuah sekolah untuk menawarkan pendidikan agama kepada pelajar-pelajarnya. Pada tahun 1980, madrasah ini telah musnah terbakar dan Muhammadiyah Association telah mengambilalih pengurusannya lalu didaftarkan dengan MOE. Pada tahun 2008, madrasah ini telah bergabung dalam JMS Sistem Madrasah Bersama iaitu dengan dua lagi madrasah lain iaitu Madrasah Aljunied dan Madrasah Al-Irsyad Al-Islamiah Utama. Menjelang tahun 2014, madrasah ini telah menjadi sekolah menengah sepenuhnya dan akan diikuti oleh Madrasah al-Irsyad pada tahun 201526. f Madrasah Al-Irsyad Al-Islamiah Madrasah ini ditubuhkan pada tahun 1947 dengan nama Mahadul Irsyad di Jalan Hindhede. Pelajar awalnya berjumlah 50 orang dengan program pengajian al-Quran dan pengetahuan asas Islam kepada masyarakat awam. Sistem pendidikannya diambil dari negeri Johor tetapi pada tahun 1965, mula membentuk kurikulum sendiri mengikut keperluan tempatan. Sekolah ini tidak dibiayai dan terpaksa berjuang untuk mengumpul dana bagi membiayai pembangunan sekolah oleh penduduk kampung dan guru-gurunya. Pada tahun 1991, madrasah ini telah terjejas dengan pembangunan semula Bandar dan terpaksa dipindahkan ke Woodland Road dan bertukar menjadi Madrasah al-Irsyad al-Islamiah. Memberi penumpuan kepada pendidikan sekolah rendah dan mula menerima 400 pelajar dengan satu sessi pembelajaran. Madrasah ini kini telah diletakkan di bawah pengurusan MUIS dengan mengkhusus kepada pelajara agama dan kurikulum am, Kementerian Pendidikan untuk mengambil peperiksaan PSLE. Kemudian, apabila sistem MRT diperkenalkan pada tahun 1996, sekali lagi madrasah ini dipindahkan ke bangunan lama di Jalan Windstedt. Pada tahun 1998, madrasah al-Irsyad mula menerima pelajar menengahnya kerana peningkatan permintaan untuk pendidikan madrasah. Kurikulum sekolah menengahnya membolehkan pelajar 24 Madrasah Wak Tanjung Al-Islamiyyah, bertarikh 5 Mei 2014 25 Madrasah Al-Sagoff, bertarikh 6 Mei 2014 26 Madrasah Al-Arabiah Al-Islamiah, bertarikh 6 Mei 2014 Jurnal al-Tamaddun Bil 9 2 2014, 17-28 madrasah ini menduduki peperiksaan Sijil Empat Thanawi STE yang dijalankan oleh MUIS. Pada tahun 1999, kurikulum sekolah rendah pula mengalami perubahan dengan mengajar Bahasa Melayu dan bukan Bahasa Arab. Pada tahun 2003, Kementerian Pendidikan telah melaksanakan Akta Pendidikan Wajib yang perlu menduduki PSLE. Lantaran itu, al-Irsyad dengan bantuan MUIS menjadi madrasah pertama memperkenalkan kurikulum agama bersepadu untuk sekolah rendah dan menggunakan Bahasa Inggeris sebagai Bahasa pengantar. Pada tahun 2009, madrasah ini dipindahkan ke Hab Islam Singapura hingga kini dengan kemudahan yang lengkap seperti makmal sains, perpustakaan, makmal komputer, kantin dan padang bola sepak27. 3. Pengajian Islam Awam Perkembangan Islam di Singapura memperlihatkan peningkatan dengan tertubuhnya lembaga-lembaga Islam yang lain. Lembaga Swadaya Masyarakat Islam LSM merupakan NGO yang bergabung untuk kepentingan kemajuan komuniti muslim di Singapura. Penglibatan pertubuhan bukan kerajaan NGO dalam perkembangan pendidikan Islam memperlihatkan kesungguhan masyarakat Islam di Singapura untuk mengangkat martabat pendidikan Islam, walau dalam keadaan yang terhad dan kekangan sebagai sebuah agama minoriti dalam negara sekular. Walau bagaimanapun, penglibatan NGO dalam sistem pendidikan Islam di Singapura hanya sebagai pendokong dan kesinambungan dakwah Islam untuk masyarakat awam sahaja. Contohnya, di Darul Arqam, program pendidikan Islam yang dilaksanakan khas untuk masyarakat yang mahu memeluk Islam dan baru memeluk Islam. Dengan itu, modul yang diperkenalkan hanya sesuai untuk sasaran mereka28 manakala NGO yang lain seperti Persatuan Pemuda Islam Singapura pula menubuhkan kelas tuisyen, kindergarten, pre-school dan childcare untuk memastikan kanak-kanak Islam mendapat pendidikan Islam yang sewajarnya sejak kecil29. Pengajian Islam Awam juga dijalankan untuk masyarakat awam pada hujung minggu iaitu kelas fardu ain, kelas Bahasa Arab, kelas untuk Muslimah, kelas Haji dan Ummah, dan kelas al-Quran. Terdapat juga masjid-masjid yang melaksanakan pengajian Islam untuk masyarakat awam seperti Darul Quran, Darul Hadith, Darul Fiqh, Pemikiran Islam Masa Kini, pemikir-pemikir Islam dan sebagainya. Selain itu masjid juga melaksanakan Mosque Kindergarten dan Religious Queries Service. Dana Pendidikan Islam Oleh kerana, Islam merupakan agama bagi masyarakat minoriti, maka tiada sebarang peruntukan kewangan dari pihak kerajaan Singapura. Walau bagaimanapun MUIS telah mengambil peranan untuk membantu madrasah bagi memastikan pendidikan Islam terus berkembang dengan baik di Singapura. Melalui Dana Madrasah, MUIS telah menerima sumbangan dari syarikat mahupun individu dalam bentuk sedekah harian atau potongan bank bulanan atau zakat setiap tahun yang dikhaskan untuk membantu madrasah. Melalui dana tersebut, MUIS akan mengagihkan kepada semua madrasah untuk tujuan pembangunan. Agihan dilaksanakan berdasarkan perkapita pelajar secara one-off dan terpulanglah kepada pihak madrasah untuk menggunakannya sama ada untuk membayar elaun guru, melaksanakan pembangunan atau latihan guru, melaksanakan program madrasah, mahupun untuk membangunkan prasarana madrasah. Jumlah peruntukan pula bergantung kepada jumlah dana yang terkumpul30. 27 Madrasah Al-Irsyad, bertarikh 6 Mei 2014 28Darul Arqam, bertarikh 6 Mei 2014 29Persatuan Pemuda Islam Singapura, bertarikh 8 Mei 2014 Muhammad Taufiq, temubual bertarikh 7 Mei 2014 dan dalam Majlis Ugama Islam Singapura, bertarikh 11 September 2014 Sistem Pendidikan Islam Sekolah Agama Madrasah di Singapura 27 Selain MUIS, pihak Lembaga Pengelola Madrasah sendiri berusaha mendapatkan sumbangan dari luar untuk membantu pembangunan madrasah dalam bentuk zakat mahupun infaq di samping yuran persekolahan pelajar. Menurut Muhammad Taufiq, kos pembelajaran seorang kanak-kanak sekolah adalah SD1800 – SD2500 sebulan yang terpaksa ditanggung oleh Madrasah yang tidak mendapat pembiayaan sebagaimana sekolah kebangsaan. Ibu bapa hanya menampung 1/3 dari kos tersebut melalui yuran bulanan manakala selebihnya ditanggung oleh madrasah melalui Dana Madrasah dan sumbangan dari luar31. Kesimpulan Sistem pendidikan Islam di Singapura masih dalam ruang lingkup yang terhad di bawah pengawasan MUIS dan MOE Singapura. Pelaksanaan madrasah di masjid-masjid memperlihatkan usaha untuk memastikan masyarakat Islam mendapat pendidikan Islam yang sewajarnya walaupun dilaksanakan pada hujung minggu. Penglibatan hanya enam buah madrasah terbesar dan tiga madrasah yang lain yang melaksanakan sistem pendidikan Islam sepenuh masa dengan kurikulum Diniah dan kurikulum kebangsaan dari MOE Singapura memberi ruang dan peluang kepada masyarakat Islam di Singapura memiliki agamawan dan asatizah yang tersendiri bagi memastikan pembangunan masyarakat Islam agar tidak jauh dari agama mereka. Sementelah lagi, terdapat beberapa pertubuhan dan masjid sendiri turut menyumbang dalam pendidikan Islam melalui pengajian khasnya bagi membolehkan dakwah Islam terus berkembang di Singapura dengan baik. Rujukan Census of Population 2010, Table 59 Resident Population Aged 15 years and over by Religion, Ethnic Group and Sex, Department of Statistics, Ministry of Trade and Industry, Republic of Singapore, bertarikh 16 Februari 2014 Iik Arifin Mansurnoor dan Drs. Dadi Damadi 2002, “Minoritas Islam” dalam Ensklopedi Tematis Dunia Islam Asia Tenggara, Jakarta Ichtiar Baru Van Hoeve Munzir Hitami, Dr 2006 Sejarah Islam Asia Tenggara, Pekanbaru Alaf Riau Richard C. Martin 2004, Encyclopedia of Islam and the Muslim World Volume 2 M-Z, New York Macmillan Reference USA Sharon Siddique and Taufik Abdullah 1989, Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara, Jakarta Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial. Sharon Siddique and Taufik Abdullah editors 1986 Islam and Society in Southeast Asia, Singapore ISEAS Berita On Suria, Singapura- bertarikh 20 Februari 2014 Temubual Muhammad Taufiq Arifin, Assistant Head, Madrasah Policy & Planning Strategic Unit, Majlis Ugama Islam Singapura, temubual pada 7 Mei 2014 31 Muhammad Taufiq, temubual bertarikh 7 Mei 2014 Jurnal al-Tamaddun Bil 9 2 2014, 17-28 Sharifah Thalha Binti Syed Haron, Ekselutif, Unit Dasar & Perancangan Madrasah, Majlis Ugama Islam Singapura, temubual pada 7 Mei 2014 Amira Bte Abdul Rahim, Senior Executive, Youth Education Stategic unit, MUIS, temubual bertarikh 7 Julai 2014. Email sharifah_thalha_SYEDHARON bertarikh 10 Mac 2014 Halaman web Andalus Corporation, Bertarikh 11 September 2014 Darul Arqam, bertarikh 6 Mei 2014 Department of Statistics, Ministry of Trade and Industry, Singapore, bertarikh 11 September 2014 bertarikh 10 Februari 2014 bertarikh 10 Februari 2014 Madrasah Al-Arabiah Al-Islamiah, bertarikh 6 Mei 2014 Madrasah Al-Irsyad, bertarikh 6 Mei 2014 Madrasah Aljunied Al Islamiyyah, bertarikh 5 Mei 2014 Madrasah Al-Maarif Al-Islamiah, bertarikh 5 Mei 2014 Madrasah Al-Sagoff, bertarikh 6 Mei 2014 Madrasah Wak Tanjung Al-Islamiyyah, bertarikh 5 Mei 2014 Majlis Ugama Islam Singapura, bertarikh 11 September 2014 Majlis Ugama Islam Singapura, bertarikh 11 September 2014 Yayasan Mendaki, bertarikh 11 September 2014 ... Hasil penelitian yang terkait dengan faktor dukungan dari Majlis Agama Islam Singapura menunjukkan bahwa pendidikan Islam di Singapura secara keseluruhan dinaungi dan dibina oleh Majlis Ugama Islam Singapura, sebagai lembaga yang punya otoritas memberikan fatwa dan pengembangan Islam di negara tersebut Raudah 2014. Di sisi lain, dengan diajarkannya Islam yang wasathi oleh Perdaus, maka pada saat yang sama hal ini adalah upaya untuk menanamkan Islam yang damai dan mengajarkan kepada masyarakat terapi untuk menolak budaya radikal, hal ini sesuai dengan hasil penelitian Zulfi Mubaraq dkk. ...Abd. HarisSalman Arif RamadhanLeufigo Sadam MubarokInequality that occurs in this life is caused by poor human character. Efforts to equip generations with character education continue to be a concern. The purpose of this research is to reveal; 1 the form of reconceptualization of Islamic-based character education in the Singapore Perdaus institution, 2 the influencing factors, and 3 the impact or implications. The approach used is qualitative, the research data is information about character education in the Perdaus Singapore institution, the data analysis is descriptive-qualitative. The findings of this study are 1 the concept of character education in the Singapore Perdaus institution is implemented in the form of character education through the al-Quran, kurban activities, early childhood education, and character education for youth, 2 there are two influencing factors, namely; External factors include government support, public awareness, well-established community conditions, and high intensity of career women. As for the internal factors in the form of competent human resources, open institutions, and innovation and adequate facilities, 3 the positive impact is the strengthening of public trust in Islamic institutions, the birth of a cultured generation of advanced society, and the opening of job opportunities. The conclusion of this study shows that the values of universal Islamic character do not conflict with the life of developed Islam" dalam Ensklopedi Tematis Dunia Islam Asia TenggaraIik Arifin Mansurnoor dan Drs. Dadi Damadi 2002, "Minoritas Islam" dalam Ensklopedi Tematis Dunia Islam Asia Tenggara, Jakarta Ichtiar Baru Van Hoeve Munzir Hitami, Dr 2006 Sejarah Islam Asia Tenggara, Pekanbaru Alaf RiauAssistant Head, Madrasah Policy & Planning Strategic Unit, Majlis Ugama Islam SingapuraMuhammad Taufiq ArifinMuhammad Taufiq Arifin, Assistant Head, Madrasah Policy & Planning Strategic Unit, Majlis Ugama Islam Singapura, temubual pada 7 Mei 2014Andalus Corporation, Corporation, Bertarikh 11 September 2014 13 Tingginya tingkat kelahiran di negara berkembang umumnya tinggi. Padahal, penduduk di negara berkembang dari sisi perekonomian masih lemah untuk mencukupi kebutuhan hidup. Faktor penyebab tingginya tingkat kelahiran tersebut yaitu A. Rendahnya tingkat pendidikan ibu B. Kuranya perbaikan fasilitas kesehatan C. Rendahnya tingkat pendapatan perkapita PembahasanBerikut ini adalah negara-negara yang ditunjukkan oleh gambar pada soal. Jepang negara maju Malaysia negara berkembang Thailand negara berkembang Korea Selatan negara maju India negara berkembang Singapura negara maju Berdasarkan penjelasan tersebut, maka jawaban yang tepat ditunjukkan oleh nomor 1, 4, dan 6. Jadi, jawaban yang tepat adalah ini adalah negara-negara yang ditunjukkan oleh gambar pada soal. Jepang negara maju Malaysia negara berkembang Thailand negara berkembang Korea Selatan negara maju India negara berkembang Singapura negara maju Berdasarkan penjelasan tersebut, maka jawaban yang tepat ditunjukkan oleh nomor 1, 4, dan 6. Jadi, jawaban yang tepat adalah D.

Penghitunganpendapatan nasional dengan cara menjumlahkan seluruh pengeluaran untuk membeli barang dan jasa yang diproduksi di suatu negara dalam satu tahun merupakan ciri pendekatan . a. pendapatan. b. Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, Indonesia, Vietnam Apabila fungsi konsumsi ditunjukkan oleh C = 100 + 0,8Y, maka fungsi

Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free SISTEM PENDIDIKAN ISLAM SEKOLAH AGAMA MADRASAH DI SINGAPURA Islamic Education System at Religious School Madrasah in Singapore Oleh Nor Raudah Hj Siren* Azrin Ab Majid** Syed Muhd Khairuddin Aljunied*** Abstrak Sekolah Agama di Singapura disebut madrasah. Ia ditubuhkan oleh ulama yang bermurah hati untuk mewakafkan tanah dan bangunan untuk tujuan pendidikan Islam kepada masyarakat Islam yang merupakan golongan minoriti di Singapura. Artikel ini bertujuan untuk mengenalpasti bagaimana pengurusan sekolah agama rakyat atau disebut madrasah dilaksanakan di Singapura bagi memastikan kelangsungan pendidikan Islam kepada masyarakat Islam. Pengumpulan data menggunakan temubual terbuka kepada pentadbiran bahagian Madrasah dan bahagian masjid di Majlis Ugama Islam Singapura MUIS untuk mendapatkan maklumat tentang pengurusan madrasah di samping memperolehi maklumat dari pelbagai sumber yang lain. Di Singapura, semua madrasah yang ditubuhkan perlu di bawah pengawasan dan kawalan Majlis Ugama Islam Singapura MUIS. Terdapat tiga jenis sekolah agama di Singapura iaitu madrasah sepenuh masa, madrasah separuh masa dan pengajian umum. Kurikulum yang digunakan oleh madrasah sepenuh masa ialah kurikulum azhari dan kurikulum kebangsaan. Madrasah separuh masa yang dijalankan di masjid menggunakan kurikulum aLIVE iaitu sebahagian dari pelaksanaan program Singapore Islamic Education of Singapore SIES. Madrasah swasta pula menjalankan aktiviti pendidikan Islam secara tusyen dan separuh masa denan membina kurikulum sendiri terutama untuk pengajian al-Quran dan Fardu Ain. Manakala NGO hanya berfungsi sebagai pendokong kepada pelaksanaan pendidikan Islam kepada masyarakat melalui aktiviti dakwah dan kelas-kelas pengajian agama. Kata Kunci Madrasah, Sekolah Agama, Pengurusan Pendidikan, Sistem Pendidikan Islam Abstract Religion schools in Singapore called madrasah. It was established by scholars who generously donating land and buildings for the purpose of Islamic education to Muslims who are a minority in Singapore. This article aims to identify how the management of religious schools or implemented Islamic Education in Singapore to ensure the continuity of Islamic education to Muslims. The method of collecting data are using open interviews to the administrative Madrasah Division and Mosque Division in the Islamic Religious Council of Singapore MUIS and from other sources. In Singapore, all schools should be established under the supervision and control by the Islamic Religious Council of Singapore. There are three types of religious schools in Singapore- full-time Madrasah, part-time Madrasah and public Islamic Education. The curriculum used by full-time madrasahs called Azhari curriculum and also used national curriculum. Part time Madrasah conducted in the mosque using aLive curriculum which is part of the implementation of the program of Singapore Islamic Education SIES. Private Madrasah implemented part-time tuition and build their own curriculum mainly to study the Quran and Fardhu Ain. While NGOs only serves as a pillar of the implementation of Islamic education to the community through activities and religious education classes. Keywords Islamic Religious School, Management of Education, Islamic Education System * Nor Raudah Hj Siren merupakan Pensyarah Kanan di Jabatan Dakwah dan Pembangunan Insan, Akademi Pengajian Islam Universiti Malaya, Kuala Lumpur. E-mail raudah68 ** Azrin Ab Majid merupakan pelajar PhD di Jabatan Dakwah dan Pembangunan Insan, Akademi Pengajian Islam Universiti Malaya, Kuala Lumpur. *** Syed Muhd Khairuddin Aljunied merupakan Profesor Madya di Jabatan Pengajian Melayu Department of Malay Studies, Fakulti Sastera dan Sosial Sains Faculty of Arts and Science Social, National University of Singapore. Email mlsasmk Jurnal al-Tamaddun Bil 9 2 2014, 17-28 Pendahuluan Masyarakat Islam di Singapura merupakan golongan minoriti. Data pada tahun 2010 mengatakan penduduk muslim yang berusia 15 tahun ke atas di Singapura berjumlah 457,435 orang iaitu 8,332 orang berbangsa Cina, 382,017 orang berbangsa Melayu, 57,546 orang berbangsa India dan 9,540 orang lain-lain bangsa1. Sebahagian besar muslim di Singapura bermazhab Syafie, sebahagiannya bermazhab Hanafi dan terdapat kelompok muslim Syiah2. Sejarah perkembangan Islam di Singapura bermula pada abad ke-19 dengan dua kelompok migran yang berasal dari dalam dan luar wilayah. Migran dari dalam wilayah berasal dari Jawa, Sumatera, Sulawesi, Riau dan Bawean. Kelompok ini dikenali sebagai etnik Melayu. Kelompok dari luar wilayah pula menjadi dua kelompok penting iaitu India Muslim yang berasal dari Pantai Timur dan Pantai Selatan India manakala satu lagi ialah keturunan Arab Hadramaut3. Kelompok migran dari luar wilayah ini secara umumnya dari golongan muslim yang kaya dan terdidik sehingga membentuk kelompok elit sosial dan ekonomi di Singapura. Mereka mempelopori perkembangan pusat pendidikan dan penerbitan muslim. Mereka juga menjadi penyumbang dana terbesar untuk pembangunan masjid, lembaga pendidikan dan organisasi sosial Islam yang lain. Di antara mereka dikenali dengan keluarga al-Sagof, al-Kaff dan al-Juneid. Selain itu, mereka juga mengahwini penduduk Melayu di Singapura. Perkahwinan campur Arab- Melayu telah mewujudkan bangsa Arab-Melayu. Perkahwinan imigran muslim India pula mewujudkan bangsa Jawi Peranakan. Kemunculan heterogony penduduk Muslim Singapura ini melambatkan proses asimilasi kemelayuan tetapi mewujudkan komuniti Muslim4. Kedatangan imigran secara besar-besaran ini telah menjadikan Singapura sebagai pusat perdagangan dan pusat informasi dan dakwah Islam. Pada awal perkembangan Islam, masyarakat Asia Tenggara khususnya di Singapura terikat dengan pengajaran tasawuf yang diminati oleh para ulama tempatan dan raja-raja Melayu. Kumpulan tarekat sufi terbesar di Singapura hingga kini ialah Tariqat Alawiyyah di Masjid Ba’lawi di bawah pimpinan Syed Hasan Bin Muhammad bin Salim al-Attas. Selain itu terdapat juga tarekat al-Qadiriyyah wa al-Naqshabandiyyah yang berpusat di Geylang Road di bawah kelolaan Persatuan Taman Pengajian Islam PERPTAPIS. Tarekat yang lain ialah al-Shaziliyyah, al-Idrisiyyah, al-Darqawiyyah dan al-Rifa’iyyah5. Di bawah sistem pendidikan yang pesat di Singapura, penekanan dan keutamaan penggunaan bahasa Inggeris sebagai bahasa wajib di sekolah-sekolah pada tahun 1980, telah menjadikan bahasa Inggeris sebagai bahasa perantaraan masyarakat Singapura dan disokong pula dengan percampuran etnik melalui pembangunan perumahan. Pada tahun 1887 seramai 143 warga Muslim Singapura telah menghantar petisyen kepada Gabenor untuk melantik kadi bagi urusan perkahwinan umat Islam. Penetapan Ordinan Perkahwinan Umat Islam Mahomedan Marriage Ordinance 1890 memperlihatkan kolonial Inggeris hanya melihat agama Islam dalam soal perkahwinan dan perceraian sahaja6. Setelah Singapura merdeka pada tahun 1965, The Administration of Muslim Law Act AMLA telah dibentuk. Lembaga ini dibahaskan di Parlimen pada 13 Disember 1965, dan menjadi undang-undang 1Department of Statistics, Ministry of Trade and Industry, Singapore, bertarikh 11 September 2014 2 Sharon Siddique dan Taufik Abdullah 1986 Islam and Society in Southeast Asia, Singapore ISEAS, hal. 390 3 Ibid, hal. 391 4 Sharon Siddique and Taufik Abdullah 1989, Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara, Jakarta Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial, hal. 391 5 Munzir Hitami, Dr 2006 Sejarah Islam Asia Tenggara, Pekanbaru Alaf Riau, hal. 32 6 Sharon Siddique and Taufik Abdullah 1989, hal. Sistem Pendidikan Islam Sekolah Agama Madrasah di Singapura 19 pada 25 Ogos 1966. Akta ini memberikan ruang yang fleksibel bagi Dewan Agama Islam, Pengadilan Agama dan Pencatat Perkahwinan Islam dalam menetapkan hukum syariah. Pada tahun 1966 AMLA mencadangkan pembentukan Majlis Ugama Islam Singapura - Islamic Religious Council of Singapore MUIS sebagai satu badan agama bagi menjadi penasihat Presiden Singapura dalam hal berkaitan dengan agama Islam di Singapura. Pelantikan pertama anggota MUIS dilakukan pada tahun 1968. Bersama dengan Pengadilan Syariah dan Pencatat Perkahwinan Islam, MUIS merupakan pusat pembangunan Muslim di Singapura. Tugas MUIS ialah memantau dan melaksanakan kegiatan Islam di Singapura seperti mengeluarkan sijil halal, menetapkan waktu solat dan menguruskan pernikahan dan perceraian secara Islam. Selain itu, MUIS juga berperanan dalam urusan pengelolaan zakat, infaq, sedekah dan wakaf ZIS Wakaf. Hal ini bagi menjaga amanah agama Islam dan memastikan pengurusan ekonomi Islam dapat dilaksanakan untuk kemaslahatan umat Islam di Singapura. Seorang guru besar The Australian National University iaitu Milner berpendapat Singapura memiliki indikasi “jiwa Syariat” dalam kalangan Muslimnya7. Richard C. Martin 2004 pula dalam bukunya Enclycopedia of Islam and the Muslim World, mengatakan perbezaan dasar yang dapat diketengahkan antara Indonesia, Malaysia dan Singapura ialah adanya gerakan reformis yang berusaha mentranformasikan budaya dan masyarakat dan mereka berusaha untuk memperkasakan proses politik untuk mendirikan sebuah negara Islam8. Sistem Pendidikan Islam Di Singapura Sejarah awal munculnya pendidikan Islam di Singapura dikatakan berkembang sejak awal kedatangan Islam ke Singapura itu sendiri. Pendidikan Islam di Singapura disampaikan oleh para ulama yang berasal dari negeri lain di Asia Tenggara atau dari Negara Asia Barat dan dari benua kecil India. Para ulama tersebut di antaranya ialah Syaikh Khatib Minangkabau, Syaikh Tuanku Mudo Wali Aceh, Syaikh Ahmad Aminuddin Luis Bangkahulu, Syeikh Syed Usman bin Yahya bin Akil Mufti Betawi, Syaikh Habib Ali Habsyi Kwitang Jakarta, Syaikh Anwar Seribandung Palembang, Syaikh Mustafa Husain Purba Baru Tapanuli, dan Syaikh Muhammad Jamil Jaho Padang Panjang. Potensi peningkatan umat Islam mula jelas dengan pemerkasaan pendidikan di madrasah, masjid dan tertubuhnya pertubuhan bukan kerajaan NGO. Perkembangan pendidikan Islam di Singapura mula menjadi perhatian apabila Majelis Pendidikan Anak-anak Islam MENDAKI mengambil berat isu pendidikan bagi anak-anak muslim. Pemimpin Melayu Muslim berjaya menarik sokongan yang besar dalam kalangan kelompok Melayu-Muslim dan pemerintah sehingga Majelis telah bertukar menjadi Yayasan Mendaki Council for the Development of Singapore Malay/Muslim Community pada tahun 1982. Yayasan ini memberi kuasa kepada masyarakat melalui kecemerlangan dalam pendidikan dalam konteks Singapura yang terdiri dari berbilang kaum dan agama. Pada tahun 2002, Yayasan MENDAKI diselaraskan dan memberi tumpuan kepada empat bidang utama iaitu Pendidikan, Belia, Keluarga dan Pekerjaan. 30% Program MENDAKI menyasarkan penduduk Melayu/Islam dan subsidi untuk program pencegahan dan pembangunan. MENDAKI bergabung untuk saling menyokong dan mendokong dengan agensi-agensi kerajaan, sekolah, masjid, pertubuhan Melayu/Islam, majikan, pusat komuniti dan pusat MAECs, keluarga dan menjadi pusat perkhidmatan pelajar9. 7 Iik Arifin Mansurnoor dan Drs. Dadi Damadi 2002 “Minoritas Islam” dalam Ensklopedi Tematis Dunia Islam Asia Tenggara, Jakarta Ichtiar Baru Van Hoeve, hal. 464. 8 Richard C. Martin 2004 Encyclopedia of Islam and the Muslim World Volume 2 M-Z, New York Macmillan Reference USA, hal. 582 9 Yayasan Mendaki, bertarikh 11 September 2014 Jurnal al-Tamaddun Bil 9 2 2014, 17-28 Majlis Ugama Islam Singapura juga telah memainkan peranan utama dalam memantau dan mengurus perkembangan pendidikan Islam di Singapura melalui bahagian Religious Education Cluster dan Mosque and Social Development Cluster. MUIS telah membentuk kurikulum pendidikan Islam tersendiri yang disebut Singapore Islamic Education System SIES. SIES merupakan kurikulum yang dibangunkan untuk pendidikan Islam di Singapura yang dilaksanakan secara separuh masa. Ia bertujuan untuk menyediakan Muslim dari pelbagai tahap usia untuk memahami, berbangga dan mengamalkan Islam sebagai cara hidup terutama dalam menghadapi cabaran semasa. Kurikulum ini sesuai, dinamik dan menjadi satu pengalaman pembelajaran umat Islam di Singapura. Kurikulum ini menyasarkan untuk melahirkan insan yang soleh, bertakwa dan berakhlak mulia serta memahami ilmu pengetahuan tentang Islam dan mengamalkannya10. Rajah 1 Jenis Pendidikan Islam di Singapura Rajah 1 menunjukkan Singapura melaksanakan tiga jenis pendidikan Islam untuk masyarakat Islamnya iaitu pendidikan separuh masa, pendidikan sepenuh masa dan program pengajian Islam awam. 1. Pendidikan Separuh Masa Program pendidikan Islam berbentuk separuh masa dilaksanakan di masjid-masjid dan di sekolah agama swasta Private Islamic Religious School. Pelaksanaan pendidikan Islam separuh masa hanya dilaksanakan pada hujung minggu kerana kekangan waktu persekolahan kebangsaan sehingga ke waktu petang. Menurut Encik Muhammad Taufiq, “dulu pelaksanaan sekolah agama boleh dijalankan secara sepenuh masa pada waktu petang. Tetapi setelah sekolah kebangsaan melanjutkan masa pengajian hingga ke waktu petang, maka alternatif kelas hujung minggu terpaksa dilaksanakan bagi memastikan anak-anak Muslim memperolehi pendidikan Islam”11. Masjid telah diperkasakan fungsinya bukan hanya sebagai pusat ibadah bahkan telah diimarahkan dengan peranan sebagai pusat kegiatan umat Islam sebagaimana zaman Rasulullah SAW. Pada masa ini, Singapura memiliki 70 buah masjid yang menawarkan kelas untuk belajar agama dan disiplin ilmu lain dengan 27 masjid melaksanakan sistem madrasah separuh masa. Mereka memiliki sistem pengurusan masjid yang moden dan eksklusif serta memiliki sistem pengajian yang khusus. Masjid di Singapura bukan sebagai tempat ibadah sahaja bahkan telah dijadikan Pusat Pembelajaran Islam dan Pembangunan Masyarakat. Pengurusan masjid dilaksanakan secara sukarela oleh masyarakat setempat melalui Mosque Management Board MMB dengan pemantauan Mosque and Social Development Cluster, MUIS. 10 Muhammad Taufiq Arifin, Assistant Head, Madrasah Policy & Planning Strategic Unit, Majlis Ugama Islam Singapura, temubual pada 7 Mei 2014, juga terdapat dalam Majlis Ugama Islam Singapura, dan bertarikh 11 September 2014. 11 Op cit, Muhammad Taufiq Arifin, temubual pada 7 Mei 2014 Separuh masa Madrasah Masjid Madrasah Swasta Sepenuh Masa Madrasah Pengajian Islam Awam Pertubuhan Masjid Sistem Pendidikan Islam Sekolah Agama Madrasah di Singapura 21 Sekolah Islam swasta Private Islamic Religious School pula turut berfungsi mendokong dan menyokong pelaksanaan pendidikan Islam di Singapura iaitu al-Khairiah Islamic School, Madrasah at-Tahzibiah al-Islamiah dan Sekolah Ugama Radin Mas. Madrasah ini ditubuhkan atas nama syarikat dan menggunakan kurikulum diniah sendiri tumpuan Pengajian al-Quran dan Fardu Ain secara separuh masa dan dilaksanakan di hujung minggu dalam bentuk tuisyen. Sekolah ini merupakan alternatif untuk ibu bapa yang tidak memilih madrasah masjid12. Selain itu, usaha pembangunan pendidikan Islam juga digerakkan oleh Andalus Corporation. Pertubuhan yang berdaftar dengan pendaftar pertubuhan ini menawarkan kelas bimbingan nurseri, prasekolah, kanak-kanak, menengah, remaja, dewasa, tahfiz hingga peringkat diploma kepada masyarakat Islam di Singapura13. Bagi pelaksanaan pendidikan Islam di Masjid, kurikulum khas dibentuk oleh MUIS dengan memperkenalkan Singapore Islamic Education System SIES dengan memperkenalkan kurikulum aLIVE sebagaimana rajah 2 di bawah; • Kids • Tweens • Teens • Youths • 5 - 8 tahun • 9- 12 tahun • 13- 16 tahun • 17 - 20 tahun Rajah 2 Kurikulum Pendidikan Islam Separuh Masa aLIVE Berdasarkan Rajah 2, MUIS bersama kumpulannya telah memperkenalkan Mosque Madrasah dengan kurikulum aLIVE yang menyasarkan pendidikan Islam untuk awal kanak-kanak berusia 5-8 tahun Kids, kanak-kanak berusia 9 – 12 tahun Tweens, remaja berusia 13 – 16 tahun Teens dan belia berusia 17 – 20 tahun Youth. Program ini merupakan sebahagian dari program dalam Sistem Pendidikan Islam Singapura Singapore Islamic Education System- SIES. Bagi melaksanakan program ini, MUIS telah memperuntukkan dan mentadbir sendiri dana pendidikan Islamnya untuk memastikan kualiti program dan meningkatkan sistem pendidikan Islam di Singapura14. Terdapat empat mata pelajaran dalam kurikulum aLIVE iaitu Faith & Practices Akidah dan Fiqh, Character & Life Skill Akhlaq, Social & Civilisational Islam Sirah dan Tarikh dan Quranic Literacy Iqra’ dan Quran. Keempat-empat mata pelajaran ini dilaksanakan secara bersepadu mengikut tema dan tahap yang ditetapkan. Contohnya tema kejiranan akan diajar kepada pelajar tahap 2 Tweens. Melalui tema tersebut, pelajar akan diajar berdasarkan keempat-empat aspek mata pelajaran iaitu tentang aspek akidah dan fiqh, akhlaq, sirah dan ayat al-Quran yang berkait dengan aspek kejiranan menurut Islam. Pendidikan Islam separuh masa ini tidak ada peperiksaan. Pelajar difokuskan untuk memahami Islam sebagai cara hidup, teori dan amali15. 2. Pendidikan Sepenuh Masa Pendidikan sepenuh masa dilaksanakan di sekolah atau madrasah secara formal. Madrasah berasal dari perkataan Arab yang bermaksud sekolah’ atau dengan maksud sekolah agama Islam. Madrasah ini memperkenalkan sistem pendidikan Islam, mempelajari al-Quran dan al-Hadith yang dikendalikan oleh alim ulama atau dikendalikan oleh masjid. 12 Sharifah Thalha Binti Syed Haron, Eksekutif, Unit Dasar & Perancangan Madrasah, Majlis Ugama Islam Singapura, temubual pada 7 Mei 2014 13 Andalus Corporation, Bertarikh 11 September 2014 14 Op cit, Muhammad Taufiq Arifin, temubual pada 7 Mei 2014 dan lihat 15Amira Bte Abdul Rahim, Senior Executive, Youth education Stategic unit, MUIS, temubual bertarikh 7 Julai 2014. Jurnal al-Tamaddun Bil 9 2 2014, 17-28 Sistem Pendidikan Islam di Singapura pula dijalankan secara tradisional menggunakan sistem persekolahan pondok sebagaimana di Malaysia, Patani dan pesantren Indonesia. Sistem persekolahan moden pula merujuk kepada Mesir dan Barat, yang dikenali dengan nama madrasah, sekolah arab atau sekolah agama. Sistem pendidikan barat telah memperkenalkan konsep pendidikan kolonial dualisme yang telah memisahkan antara ilmu agama dengan ilmu sekular dunia, sebagaimana rajah 3, di bawah; Rajah 3 Kurikulum Madrasah Berdasarkan rajah 3 di atas, setiap madrasah memiliki kurikulum diniah yang tersendiri yang disebut sebagai kurikulum Azhari. Setiap madrasah akan membuat perjanjian dan penyemakan kurikulum diniah mereka dengan universiti-universiti di Timur Tengah. Contohnya Madrasah al-Maarif dan Madrasah Wak Tanjong telah melaksanakan penyemakan kurikulum diniah mereka ke Riyadh dan Universiti Azhar untuk tujuan kelayakan pelajar mereka menyambung pelajaran ke sana. Terdapat enam 6 kumpulan mata pelajaran diniah yang terdiri dari komponen subjek Syariah dan Usuluddin yang kesemuanya berasal dari 18 subjek Azhari. Manakala kurikulum kebangsaan menawarkan peperiksaan O Level dan A Level untuk melayakkan mereka memasuki universiti tempatan atau universiti di Malaysia seperti di Universiti Islam Antarabangsa Malaysia dan Universiti Di Madrasah al-Arabiah al-Islamiah penumpuan diberikan kepada kurikulum diniah dan kebangsaan untuk melahirkan saintis Muslim. Oleh itu, mata pelajaran sains tulen ditawarkan di samping kurikulum diniah dengan tambahan kurikulum tahfiz dan al-Quran. Madrasah al-Junied pula memberi tumpuan untuk melahirkan asatizah atau ulama. Oleh itu madrasah ini memberi tumpuan kepada subjek diniah dan menawarkan beberapa subjek kebangsaan yang utama sahaja iaitu Matematik, English dan Sains. Kesemua madrasah menawarkan pendidikan Islam sepenuh masa sejak peringkat rendah hingga peringkat A Level kecuali Madrasah al-Junied dan Madrasah al-Arabiah al-Islamiah yang hanya menawarkan pengajian ke peringkat menengah sahaja. Satu-satunya Madrasah iaitu Madrasah al-Irsyad masih menggunakan kurikulum diniah yang dibangunkan oleh MUIS untuk mengambil peperiksaan Sijil Empat Thanawi STE. Walau bagaimanapun, kurikulum tersebut sudah diurus sepenuhnya oleh madrasah tersebut tanpa campur tangan MUIS Muhammad Taufiq, 7 Mei 2014. Semua madrasah tertakluk dengan Akta Pendidikan di bawah Section 87 dan 88, Enakmen Pentadbiran Undang-undang Islam. Kawalan sekolah agama Islam diletakkan di bawah pihak MUIS. 16 Op. cit, Muhammad Taufiq Arifin, temubual pada 7 Mei 2014 •Pendidikan Islam 6 kumpulan subjek Azhari •Bahasa Arab KURIKULUM DINIAH •Matematik •Bahasa Melayu •Bahasa Inggeris •Geografi •Sejarah •Sains Aliran sains Kimia, Biologi, Fizik dan Add Math KURIKULUM KEBANGSAAN Sistem Pendidikan Islam Sekolah Agama Madrasah di Singapura 23 Madrasah ditubuhkan bagi melahirkan muslim yang berpendidikan untuk memimpin masyarakat berkaitan dengan aktiviti agama. Secara umumnya, semua kemudahan diberikan oleh kerajaan untuk kemudahan madrasah yang dibina di atas tanah wakaf. Setiap madrasah memiliki jawatankuasa pengurusan sendiri yang berdaftar di bawah Akta Pendidikan. Ahli Jawatankuasa tersebut telah berdaftar dengan Kementerian Pendidikan MOE pada setiap dua tahun dengan nasihat dari MUIS. Oleh itu, sebarang aktiviti madrasah adalah di bawah kawalan MUIS di bawah seksyen 58 dan 59, AMLA dan semua tanah wakaf diserahkan kepada MUIS dan semua aktiviti agama mesti dengan kebenaran MUIS, di bawah seksyen 87 dan 88, AMLA17. Rajah 4 Jenis madrasah sepenuh masa Terdapat enam madrasah terbesar di Singapura pada masa ini yang menjalankan pembelajaran sepenuh masa. Enam buah madrasah di Singapura diurus secara moden dan profesional berserta kelengkapan yang baik terutama sistem teknologi maklumat. Keenam-enam madrasah berada di bawah naungan MUIS dengan satu sistem pendidikan yang mempersepadukan ilmu-ilmu agama dengan ilmu-ilmu umum. Mata pelajaran yang diajar di madrasah ialah mata pelajaran pendidikan Islam diniah dan Bahasa Arab di samping mata pelajaran Berdasarkan rajah 4 di atas, terdapat dua jenis pengurusan madrasah di Singapura iaitu pengurusan sepenuhnya oleh Madrasah Lembaga Pengelola Madrasah, dan pengurusan yang dilaksanakan oleh Lembaga Pengelola Madrasah dan MUIS Joint Madrasah System. Pengurusan tiga buah madrasah iaitu madrasah Madrasah al-Maarif al-Islamiah, Madrasah Wak Tanjong al-Islamiah dan Madrasah al-Sagoff dilaksanakan oleh Lembaga Pengelola Madrasah sepenuhnya tanpa campur tangan MUIS. Peranan MUIS hanya menerima pendaftaran madrasah, memantau perkembangan dan memperolehi data dan maklumat madrasah serta menyalurkan dana kepada madrasah. Segala urusan pengurusan pentadbiran madrasah termasuk penetapan kurikulum dan pelantikan guru adalah di bawah kuasa madrasah itu Pada tahun 2008, MUIS telah memperkenalkan Joint Madrasah System JMS bagi tujuan membantu meningkatkan sistem pengurusan dan kesinambungan visi dan misi madrasah bagi melahirkan para agamawan Islam. JMS ini juga telah mewujudkan kurikulum yang komprehensif dan seimbang antara ilmu Islam dan sains moden dan pendekatan yang digunakan adalah mengikut keperluan semasa. Pada tahun 2009, tiga madrasah telah menyertai JMS ini iaitu Madrasah al-Irsyad al-Islamiah, Madrasah Aljunied al-Islamiah dan Madrasah al-Arabiah al-Islamiah apabila satu perjanjian MoU ditandatangani oleh pengurusan madrasah pada tahun 2007. JMS ini membolehkan pengurusan madrasah mendapat sumber manusia, kewangan dan info-komunikasi daripada MUIS manakala pihak 17 Op. cit, Muhammad Taufiq Arifin, temubual pada 7 Mei 2014 dan dalam Majlis Ugama Islam Singapura, bertarikh 11 September 2014 Sharifah Thalha, temubual bertarikh 7 Mei 2014 dan email bertarikh 10 Mac 2014 dan dalam http// 19 Op. cit, Muhammad Taufiq Arifin, temubual pada 7 Mei 2014 Madrasah •Madrasah al-Maarif al-Islamiah •Madrasah Wak Tanjong al-Islamiah •Madrasah al-Sagoff Joint Madrasah System •Madrasah al-Irsyad al-Islamiah •Madrasah Aljunied al-Islamiah •Madrasah al-Arabiah al-Islamiah Jurnal al-Tamaddun Bil 9 2 2014, 17-28 pengurusan madrasah memberi tumpuan kepada fungsi teras madrasah iaitu mendidik pelajar dan melahirkan pemimpin masa depan agama dan asatizah. Melalui sistem JMS ini juga, para guru madrasah akan diberi latihan perguruan trained teachers and educators di National Institute of Education NIE dengan kerjasama Akademi MUIS Sharifah Thalha, 10 Mac 2014 dan 7 Mei 2014. Pada 2003, guru madrasah telah memperolehi latihan dengan kerjasama Edith Cowan University, Western Australia. Selepas itu mendapat Latihan Khas Pengajaran dan Pembelajaran anjuran NIE-International dan MUIS. Pada masa ini, seramai 200 orang guru atau lebih 90% guru madrasah telah mendapat latihan ikhtisas perguruan. Kursus yang dilaksanakan semasa dalam perkhidmatan ini membolehkan guru-guru madrasah memiliki kemahiran perguruan. Menurut Dr Yaacob Ibrahim, Menteri Ehwal Masyarakat Islam, kerjasama madrasah untuk menghantar guru-guru mereka mampu meningkatkan mutu pendidikan di madrasah. Hal ini kerana latihan perguruan merupakan aspek yang penting dalam sistem pendidikan20. Menurut Syarifah Thalha, pada masa ini terdapat 250 orang guru madrasah di Singapura dan 200 orang daripadanya sudah memiliki ikhtisas perguruan21. Latar Belakang Madrasah a Madrasah al-Junied al-Islamiyyah Madrasah ini dibuka pada tahun 1927 oleh Sayyid Abdur Rahman bin Junied bin Umar bin Ali Aljunied, dengan dana yang diwakafkan oleh datuknya Sayyid Umar Bin Ali AlJunied, dari Palembang. Bermula dengan 10 orang pelajar, kini jumlah pelajarnya telah meningkat sehingga 1200 orang. Madrasah ini juga menerima pelajar-pelajar luar terutama Malaysia, Indonesia dan Brunei Darussalam dan pada tahun 1936 memperkenalkan kelas grooming untuk pemimpin Islam disebut “Qismut-Takhassus Fil Wa’dz Wal Irsyad” yang dikendalikan oleh Syeikh Abdurrahim Ibrahim Assamnudy dari Eqypt. Kemudian, kelas agama khas diperkenalkan pada waktu petang untuk pelajar-pelajar yang bersekolah kerajaan di waktu pagi. Pada tahun 1941, madrasah ini bertukar nama menjadi Darul Ulum Addiniyah Aljunaidiyah dan menggunakan nama asalnya kembali pada tahun 194522 . Pada tahun 60-an, mula memasukkan kurikulum perdana iaitu Bahasa Inggeris, Matematik, Sains, Geografi, Sejarah dan bahasa Melayu di samping kurikulum agama dan bahasa Arab. Integrasi kurikulum perdana dan agama ini menjadikan ibubapa yakin untuk menghantar anak-anak mereka ke Madrasah ini. b Madrasah al-Ma’arif al-Islamiah Madrasah ini didirikan pada tahun 1940-an. Pengasas madrasah ini adalah lulusan universiti al-Azhar, Mesir bertempat di Geylang, Singapura. Madrasah ini dibangunkan khas untuk pelajar perempuan sahaja dari peringkat sekolah rendah, menengah dan pra-Universiti. Sekolah ini diurus oleh Jawatankuasa Pengurusan yang anggotanya dilantik dua tahun sekali oleh Kementerian Pendidikan dengan nasihat Majlis Ugama Islam Singapura. Mata pelajaran yang ditawarkan ialah pelajaran agama Islam dan kurikulum Kementerian Pendidikan Singapura23. c Madrasah Wak Tanjong Al-Islamiyyah Madrasah Wak Tanjong Al-Islamiah ditubuhkan pada tahun 1958 oleh Ustaz Mohd Noor Bin Taib. Pada awal pembukaan menerima 100 orang pelajar dengan empat orang guru. Pada tahun 1975 telah didaftarkan dengan Kementerian Pelajaran Singapura dan jumlah pelajarnya meningkat menjadi 800 20 Berita On Suria, Singapura bertarikh 20 Februari 2014 21 Syarifah Thalha, Temubual bertarikh 7 Mei 2014 22 Madrasah Aljunied Al Islamiyyah, bertarikh 5 Mei 2014 23 Madrasah Al-Maarif Al-Islamiah, bertarikh 5 Mei 2014 Sistem Pendidikan Islam Sekolah Agama Madrasah di Singapura 25 orang dengan 38 orang kakitangan. Memiliki bangunan sekolahnya sendiri pada tahun 1993. Objektif utamanya ialah memberikan pendidikan Islam dan menyediakan pelajar untuk menjadi muslim yang baik24. d Madrasah Al-Sagoff atau Al-Saqaf Didirikan pada tahun 1912 di atas tanah yang diwaqafkan oleh Syed Muhammad bin Syed Al-Saqof. Institusi ini menawarkan pengajaran ilmu Islam, Bahasa Arab dan Bahasa Inggeris untuk masyarakat Islam Singapura. Padaa awal penubuhan hanya kanak-kanak lelaki yang mendaftar tetapi selepas kependudukan Jepun di Singapura pada tahun 1944, ramai pelajar perempuan mula mendaftar. Dua dekad kemudian, pelajar lelaki mula susut dan akhirnya menjelang tahun 1966, Pemegang Amanah Kumpulan Wang Wakaf Syed Mohamed Alsagof telah menetapkan institusi ini hanya untuk kanak-kanak perempuan sahaja. Pada tahun 1973, sekolah ini diurus pula oleh The Muslimin Trust Fund Association. Sekolah ini menyediakan pendidikan Islam untuk kanak-kanak selama enam tahun di peringkat rendah dan empat tahun di peringkat menengah. Oleh itu, di samping pendidikan Islam, sistem pendidikan kebangsaan juga turut ditawarkan untuk mengambil peperiksaan GCE O’ Level bagi melayakkan pelajar meneruskan pengajian ke peringkat tinggi25. e Madrasah al-Arabiah al-Islamiah Madrasah ini ditubuhkan pada tahun 1937 oleh pengasanya Sheikh Omar Bamadhaj di Hillside Drive di bawah pengurusan Masjid Haji Mohd Yusuff. Pada tahun 1950-an madrasah ini telah diperbadankan sebagai sebuah sekolah untuk menawarkan pendidikan agama kepada pelajar-pelajarnya. Pada tahun 1980, madrasah ini telah musnah terbakar dan Muhammadiyah Association telah mengambilalih pengurusannya lalu didaftarkan dengan MOE. Pada tahun 2008, madrasah ini telah bergabung dalam JMS Sistem Madrasah Bersama iaitu dengan dua lagi madrasah lain iaitu Madrasah Aljunied dan Madrasah Al-Irsyad Al-Islamiah Utama. Menjelang tahun 2014, madrasah ini telah menjadi sekolah menengah sepenuhnya dan akan diikuti oleh Madrasah al-Irsyad pada tahun 201526. f Madrasah Al-Irsyad Al-Islamiah Madrasah ini ditubuhkan pada tahun 1947 dengan nama Mahadul Irsyad di Jalan Hindhede. Pelajar awalnya berjumlah 50 orang dengan program pengajian al-Quran dan pengetahuan asas Islam kepada masyarakat awam. Sistem pendidikannya diambil dari negeri Johor tetapi pada tahun 1965, mula membentuk kurikulum sendiri mengikut keperluan tempatan. Sekolah ini tidak dibiayai dan terpaksa berjuang untuk mengumpul dana bagi membiayai pembangunan sekolah oleh penduduk kampung dan guru-gurunya. Pada tahun 1991, madrasah ini telah terjejas dengan pembangunan semula Bandar dan terpaksa dipindahkan ke Woodland Road dan bertukar menjadi Madrasah al-Irsyad al-Islamiah. Memberi penumpuan kepada pendidikan sekolah rendah dan mula menerima 400 pelajar dengan satu sessi pembelajaran. Madrasah ini kini telah diletakkan di bawah pengurusan MUIS dengan mengkhusus kepada pelajara agama dan kurikulum am, Kementerian Pendidikan untuk mengambil peperiksaan PSLE. Kemudian, apabila sistem MRT diperkenalkan pada tahun 1996, sekali lagi madrasah ini dipindahkan ke bangunan lama di Jalan Windstedt. Pada tahun 1998, madrasah al-Irsyad mula menerima pelajar menengahnya kerana peningkatan permintaan untuk pendidikan madrasah. Kurikulum sekolah menengahnya membolehkan pelajar 24 Madrasah Wak Tanjung Al-Islamiyyah, bertarikh 5 Mei 2014 25 Madrasah Al-Sagoff, bertarikh 6 Mei 2014 26 Madrasah Al-Arabiah Al-Islamiah, bertarikh 6 Mei 2014 Jurnal al-Tamaddun Bil 9 2 2014, 17-28 madrasah ini menduduki peperiksaan Sijil Empat Thanawi STE yang dijalankan oleh MUIS. Pada tahun 1999, kurikulum sekolah rendah pula mengalami perubahan dengan mengajar Bahasa Melayu dan bukan Bahasa Arab. Pada tahun 2003, Kementerian Pendidikan telah melaksanakan Akta Pendidikan Wajib yang perlu menduduki PSLE. Lantaran itu, al-Irsyad dengan bantuan MUIS menjadi madrasah pertama memperkenalkan kurikulum agama bersepadu untuk sekolah rendah dan menggunakan Bahasa Inggeris sebagai Bahasa pengantar. Pada tahun 2009, madrasah ini dipindahkan ke Hab Islam Singapura hingga kini dengan kemudahan yang lengkap seperti makmal sains, perpustakaan, makmal komputer, kantin dan padang bola sepak27. 3. Pengajian Islam Awam Perkembangan Islam di Singapura memperlihatkan peningkatan dengan tertubuhnya lembaga-lembaga Islam yang lain. Lembaga Swadaya Masyarakat Islam LSM merupakan NGO yang bergabung untuk kepentingan kemajuan komuniti muslim di Singapura. Penglibatan pertubuhan bukan kerajaan NGO dalam perkembangan pendidikan Islam memperlihatkan kesungguhan masyarakat Islam di Singapura untuk mengangkat martabat pendidikan Islam, walau dalam keadaan yang terhad dan kekangan sebagai sebuah agama minoriti dalam negara sekular. Walau bagaimanapun, penglibatan NGO dalam sistem pendidikan Islam di Singapura hanya sebagai pendokong dan kesinambungan dakwah Islam untuk masyarakat awam sahaja. Contohnya, di Darul Arqam, program pendidikan Islam yang dilaksanakan khas untuk masyarakat yang mahu memeluk Islam dan baru memeluk Islam. Dengan itu, modul yang diperkenalkan hanya sesuai untuk sasaran mereka28 manakala NGO yang lain seperti Persatuan Pemuda Islam Singapura pula menubuhkan kelas tuisyen, kindergarten, pre-school dan childcare untuk memastikan kanak-kanak Islam mendapat pendidikan Islam yang sewajarnya sejak kecil29. Pengajian Islam Awam juga dijalankan untuk masyarakat awam pada hujung minggu iaitu kelas fardu ain, kelas Bahasa Arab, kelas untuk Muslimah, kelas Haji dan Ummah, dan kelas al-Quran. Terdapat juga masjid-masjid yang melaksanakan pengajian Islam untuk masyarakat awam seperti Darul Quran, Darul Hadith, Darul Fiqh, Pemikiran Islam Masa Kini, pemikir-pemikir Islam dan sebagainya. Selain itu masjid juga melaksanakan Mosque Kindergarten dan Religious Queries Service. Dana Pendidikan Islam Oleh kerana, Islam merupakan agama bagi masyarakat minoriti, maka tiada sebarang peruntukan kewangan dari pihak kerajaan Singapura. Walau bagaimanapun MUIS telah mengambil peranan untuk membantu madrasah bagi memastikan pendidikan Islam terus berkembang dengan baik di Singapura. Melalui Dana Madrasah, MUIS telah menerima sumbangan dari syarikat mahupun individu dalam bentuk sedekah harian atau potongan bank bulanan atau zakat setiap tahun yang dikhaskan untuk membantu madrasah. Melalui dana tersebut, MUIS akan mengagihkan kepada semua madrasah untuk tujuan pembangunan. Agihan dilaksanakan berdasarkan perkapita pelajar secara one-off dan terpulanglah kepada pihak madrasah untuk menggunakannya sama ada untuk membayar elaun guru, melaksanakan pembangunan atau latihan guru, melaksanakan program madrasah, mahupun untuk membangunkan prasarana madrasah. Jumlah peruntukan pula bergantung kepada jumlah dana yang terkumpul30. 27 Madrasah Al-Irsyad, bertarikh 6 Mei 2014 28Darul Arqam, bertarikh 6 Mei 2014 29Persatuan Pemuda Islam Singapura, bertarikh 8 Mei 2014 Muhammad Taufiq, temubual bertarikh 7 Mei 2014 dan dalam Majlis Ugama Islam Singapura, bertarikh 11 September 2014 Sistem Pendidikan Islam Sekolah Agama Madrasah di Singapura 27 Selain MUIS, pihak Lembaga Pengelola Madrasah sendiri berusaha mendapatkan sumbangan dari luar untuk membantu pembangunan madrasah dalam bentuk zakat mahupun infaq di samping yuran persekolahan pelajar. Menurut Muhammad Taufiq, kos pembelajaran seorang kanak-kanak sekolah adalah SD1800 – SD2500 sebulan yang terpaksa ditanggung oleh Madrasah yang tidak mendapat pembiayaan sebagaimana sekolah kebangsaan. Ibu bapa hanya menampung 1/3 dari kos tersebut melalui yuran bulanan manakala selebihnya ditanggung oleh madrasah melalui Dana Madrasah dan sumbangan dari luar31. Kesimpulan Sistem pendidikan Islam di Singapura masih dalam ruang lingkup yang terhad di bawah pengawasan MUIS dan MOE Singapura. Pelaksanaan madrasah di masjid-masjid memperlihatkan usaha untuk memastikan masyarakat Islam mendapat pendidikan Islam yang sewajarnya walaupun dilaksanakan pada hujung minggu. Penglibatan hanya enam buah madrasah terbesar dan tiga madrasah yang lain yang melaksanakan sistem pendidikan Islam sepenuh masa dengan kurikulum Diniah dan kurikulum kebangsaan dari MOE Singapura memberi ruang dan peluang kepada masyarakat Islam di Singapura memiliki agamawan dan asatizah yang tersendiri bagi memastikan pembangunan masyarakat Islam agar tidak jauh dari agama mereka. Sementelah lagi, terdapat beberapa pertubuhan dan masjid sendiri turut menyumbang dalam pendidikan Islam melalui pengajian khasnya bagi membolehkan dakwah Islam terus berkembang di Singapura dengan baik. Rujukan Census of Population 2010, Table 59 Resident Population Aged 15 years and over by Religion, Ethnic Group and Sex, Department of Statistics, Ministry of Trade and Industry, Republic of Singapore, bertarikh 16 Februari 2014 Iik Arifin Mansurnoor dan Drs. Dadi Damadi 2002, “Minoritas Islam” dalam Ensklopedi Tematis Dunia Islam Asia Tenggara, Jakarta Ichtiar Baru Van Hoeve Munzir Hitami, Dr 2006 Sejarah Islam Asia Tenggara, Pekanbaru Alaf Riau Richard C. Martin 2004, Encyclopedia of Islam and the Muslim World Volume 2 M-Z, New York Macmillan Reference USA Sharon Siddique and Taufik Abdullah 1989, Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara, Jakarta Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial. Sharon Siddique and Taufik Abdullah editors 1986 Islam and Society in Southeast Asia, Singapore ISEAS Berita On Suria, Singapura- bertarikh 20 Februari 2014 Temubual Muhammad Taufiq Arifin, Assistant Head, Madrasah Policy & Planning Strategic Unit, Majlis Ugama Islam Singapura, temubual pada 7 Mei 2014 31 Muhammad Taufiq, temubual bertarikh 7 Mei 2014 Jurnal al-Tamaddun Bil 9 2 2014, 17-28 Sharifah Thalha Binti Syed Haron, Ekselutif, Unit Dasar & Perancangan Madrasah, Majlis Ugama Islam Singapura, temubual pada 7 Mei 2014 Amira Bte Abdul Rahim, Senior Executive, Youth Education Stategic unit, MUIS, temubual bertarikh 7 Julai 2014. Email sharifah_thalha_SYEDHARON bertarikh 10 Mac 2014 Halaman web Andalus Corporation, Bertarikh 11 September 2014 Darul Arqam, bertarikh 6 Mei 2014 Department of Statistics, Ministry of Trade and Industry, Singapore, bertarikh 11 September 2014 bertarikh 10 Februari 2014 bertarikh 10 Februari 2014 Madrasah Al-Arabiah Al-Islamiah, bertarikh 6 Mei 2014 Madrasah Al-Irsyad, bertarikh 6 Mei 2014 Madrasah Aljunied Al Islamiyyah, bertarikh 5 Mei 2014 Madrasah Al-Maarif Al-Islamiah, bertarikh 5 Mei 2014 Madrasah Al-Sagoff, bertarikh 6 Mei 2014 Madrasah Wak Tanjung Al-Islamiyyah, bertarikh 5 Mei 2014 Majlis Ugama Islam Singapura, bertarikh 11 September 2014 Majlis Ugama Islam Singapura, bertarikh 11 September 2014 Yayasan Mendaki, bertarikh 11 September 2014 ... MUIS hanya berperan sebatas menerima pendaftaran madrasah, memantau perkembangan, dan menyalurkan bantuan dana. Segala urusan penertiban madrasah termasuk urusan kurikulum dan pelantikan guru dibawah kuasa madrasah Nur Raudah, et al., 2014. ...... Sesuai aturan MUIS, terdapat kurikulum Diniah kumpulan subjek Azhar yaitu materi tauhid, Al-Qur'an, hadis, fiqh, nahw shraf, ditambah bahasa Arab dan kurikulum kebangsaan matematika, bahasa Melayu, bahasa Inggris, geografi, sejarah dan sains seperti kimia, biologi, fisika, dan add math Nur Raudah, 2014. ...Membahas secara komprehensif ihwal pendidikan Islam mulai dari tataran filosofis sampai Islam" dalam Ensklopedi Tematis Dunia Islam Asia TenggaraIik Arifin Mansurnoor dan Drs. Dadi Damadi 2002, "Minoritas Islam" dalam Ensklopedi Tematis Dunia Islam Asia Tenggara, Jakarta Ichtiar Baru Van Hoeve Munzir Hitami, Dr 2006 Sejarah Islam Asia Tenggara, Pekanbaru Alaf RiauAssistant Head, Madrasah Policy & Planning Strategic Unit, Majlis Ugama Islam SingapuraMuhammad Taufiq ArifinMuhammad Taufiq Arifin, Assistant Head, Madrasah Policy & Planning Strategic Unit, Majlis Ugama Islam Singapura, temubual pada 7 Mei 2014Andalus Corporation, Corporation, Bertarikh 11 September 2014
Kecerdasanini bisa diketahui atau diukur dengan kekuatan verbal dan logika yang ditunjukkan oleh seseorang. Kecerdasan inilah yang tampaknya menjadi hal utama dalam pendidikan saat ini. Madrasah juga banyak didirikan. Islam di Singapura telah mendapat pengakuan dari pemerintah sebagai agama yang berkembang di negeri itu. Di Singapura
Oleh Fadh Ahmad Arifan *Penulis adalah alumni MI Khadijah kota Malang ISLAM sudah eksis di Singapura dulu Tumasik antara abad 8 M dan 11 M. Sejak masa kuno, Tumasik telah menjadi kota pelabuhan yang ramai disinggahi kapal-kapal para pedagang dari berbagai belahan dunia, India, Persia, Arab, dan termasuk Eropa. Bahkan sejak pertengahan abad ke-19 sampai dengan awal abad ke-20, Singapura menjadi pusat informasi dan komunikasi dakwah Islam, melalui produksi, reproduksi, dan distribusi kitab-kitab cetak keagamaan, dari wilayah Asia Tenggara maupun Timur Tengah dan Eropa Makalah Asep Saefullah, Tumasik Sejarah Islam Awal di Singapura 1200-1511 M, hal 21. Di era modern, pemeluk Islam di Singapura posisinya minoritas. Yakni sekitar 15% dari total keseluruhan penduduk Singapura. Dengan komposisi 14% ras melayu dan sisanya dari Arab, Pakistan dan India. Selain ketiga ras tersebut, di Singapura juga ditemukan orang Cina yang beragama Islam. Menurut Prof Hussin Mutalib dari National University of Singapore NUS, orang Cina yang memeluk agama Islam makin meningkat, tapi jumlahnya terbilang masih kecil Mazlan nordin, Nasib Penduduk Minoriti Islam, 12 April 2009. Singapura tentunya dikenal sebagai negara sekuler. Meskipun begitu, menjalankan syariat Islam di Negeri ini bagi umat Islam bukanlah hal yang sulit. Demikian disampaikan Ketua Indonesian Muslim Association In Singapore IMAS Imanuddin Amril dalam pertemuan dengan Perhimpunan Baitul Maal Wat Tamwil Indonesia. “Alhamdulillah kita bisa menjalankan syariat,” ujar Imanuddin. Singapura, kata Imanuddin, juga mendukung keberadaan komunitas muslim di sana. Bentuk konkretnya adalah banyaknya masjid yang dikelola secara profesional. “Kebanyakan muslim berasal dari penduduk lokal hingga pendatang, termasuk dari Indonesia,” kata Imanuddin Republika online, 26 Oktober 2013. Kondisi Madrasah di Singapura Berbicara pendidikan, Negara kecil ini muliakan guru seperti halnya di Finlandia dan Korea selatan. Gaji guru pemula di Singapura setara dengan gaji insinyur. Gaji guru disana mencapai USD atau senilai dengan Rp 512 juta per tahun. Tapi perlu diingat, biaya hidup disana juga tinggi. Wajar para guru disokong dengan gaji sebesar itu Radar Malang kamis, 18 agustus 2016 hal 40. Eksistensi Pendidikan Muslim di Singapura tak lepas dari perkembangan Madrasahnya. Madrasah dikelola secara modern dan profesional, dengan kelengkapan perangkat keras dan lunak. Waktu penyelenggaraan belajar mengajar dimulai dari pukul hingga Lama waktu ini juga berlaku di sekolah-sekolah umum dan non-madrasah. Agar tidak ketinggalan dengan kemajuan teknologi, maka di setiap madrasah dibangun laboratorium komputer dan internet, serta sistem pendukung pendidikan audio converence. Selain dilengkapi fasilitas internet, setiap madrasah juga mempunyai server tersendiri bagi pengembangan pendidikan modern. Helmiati, Jurnal Toleransi, Vol. 5 No. 2 Juli – Desember 2013, hal 91. Perlu diketahui, di negeri yang menampung koruptor dan pengusaha hitam asal Indonesia ini terdapat Madrasah Al-Juneid. Usia lembaga ini sudah lebih dari 88 tahun. Sudah banyak alumni sukses yang dihasilkan terutama dalam bidang agama Islam. Beberapa mufti pemimpin agama Islam di Singapura, Malaysia, dan Brunei Darusalam adalah lulusan Al-Juneid. Madrasah Al-Juneid juga membatasi interaksi antar murid berbeda jenia kelamin secara bebas. Kelas diatur secara terpisah untuk murid putra dan putri. Tangga untuk murid putra dan putri pun dibuat berbeda. Pidato dalam Bahasa Arab dan tilawah Al Quran menjadi hal rutin yang ditampilkan oleh murid tiap pagi. Yang paling menarik adalah ikrar pagi berisi pula dengan kalimat yang menunjukkan kebanggaan dan kecintaan mereka sebagai warga negara Singapura. Evy sofia, “Inilah madrasahnya orang Singapura”, 11 April 2015. Masih terkait madrasah, perlu juga menyimak hasil riset yang berjudul “Dinamika madrasah di Singapura pasca Kemerdekaan”. Disertasi ini dilihat judulnya tergolong historical research. Abdul rahim bin Mohd Don berhasil mempertahankan karya ilmiahnya di Pascasarjana UMM Malang pada 8 Mei 2017. Masa studi beliau 3 tahun 10 bulan. Raihan Indeks prestasinya berpredikat “sangat memuaskan”. Disertasi pak Rahim diuji oleh Prof Dr. Djakfar SH, dosen ekonomi Islam di S2 studi islam UIN Malang, Prof Dr. Syamsul arifin, Pradana boy aktivis JIMM dan seorang penguji perempuan. Dr Latipun bertindak sebagai ketua Dewan penguji dan Ust. Prof. Dr Tobroni sebagai sekretaris penguji. Yang menarik Ust. Dr. Abdul haris kini ketum PD Muhammadiyah kota Malang. Ahli bahasa Arab ini hanya memberi masukan perbaikan judul, abstrak dan kesesuaian metodologi. Dalam disertasi yang cukup tebal ini, kurikulum yang diterapkan di madrasah hanya ditekankan pada kajian agama terutama bahasa arab. Para alumni Madrasah mendapat stigma bahwa mereka pastinya menjadi ustadz/Da’i. Sementara bila mereka mencoba profesi lainnya belum tentu diterima oleh masyarakat. Ust Moh Nurhakim turut menjadi Co Promotor 1. Beliau menanyakan kedisiplinan siswa madrasah bila dikaitkan dengan budaya disiplin ala Singapura. Di madrasah yang menjadi fokus disertasi ini, bila ada siswa ketahuan mencuri 3 kali maka langsung dikeluarkan. Begitu yang dikatakan pak Rahim. Menariknya, dalam ujian terbuka ini saya baru mengetahui bahwa “karena perubahan tata ruang kampung Melayu ke apartemen-apartemen membuat jumlah madrasah menyusut, dari 30 madrasah menjadi 6 madrasah.” Pak Rahim menegaskan tanah-tanah di Singapura bukan milik pribadi lagi dan dibebani pajak tinggi. Sehingga membuat orang melayu tersingkir. Enam buah madrasah yang tersisa di bawah supervisi Majelis Ugama Islam Singapura MUIS. Keenam madrasah itu adalah Madrasah Al-Irsyad Al-Islamiah, Madrasah Al-Maarif Al-Islamiah, Madrasah Al-sagoff Al-Islamiah, Madrasah Al-Junied Al-Islamiah, Madrasah Al-Arabiah Al-Islamiah, dan Madrasah Wak Tanjong Al-Islamiah. Sebelum menutup artikel ini, dibalik kemajuan Singapura yang konon disana tak ada demokrasi tetapi hukumnya berjalan, ada pihak yang kian terpinggirkan dan dibatasi gerak geriknya. Akankah Muslim indonesia dimasa depan akan mengalami hal yang sama?. Wallahu’alam. []
Dalamkongresnya di Madiun, SI Putih berganti nama menjadi Partai Sarekat Islam (PSI). Kemudian pada tahun 1927 berubah lagi menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Sementara itu, SI Sosialis/Komunis berganti nama menjadi Sarekat Rakyat (SR) yang merupakan pendukung kuat Partai Komunis Indonesia (PKI). 3.
ArticlePDF Available AbstractThis article describes the development of Islamic education in Singapore, especially Madrasah al-Juneid al-Islamiyah. The problem how is the development of curriculum in Madrasah al­Juneid? and what are the future challenges this madrasah? To answer this problem, the amount of data collected through obser­vation methods, interviews, and documentation. The data collected were analyzed by descriptive-qualitative. The results showed first, the curriculum in Madrasah al-Juneid initially uncharged pure religion then expanded by adding a general lesson. In learning, study materials commonly used approach to integration with the teachings of Islam. Second, the madrasahs in Singapore face challenges in the future are not light, namely the world of work demands, the demands of quality, the challenge of Western lifestyles, and the accusations against Islam as a religion of terrorists. All these challenges must be responded by madrasah creative in developing a quality program that graduates could compete with graduate school; can fortify the modern-secular lifestyle, and can coexist peacefully in the midst of Singapore's plural society. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Mohammad Kosim, Pendidikan di Singapura 433PENDIDIKAN ISLAM DI SINGAPURAStudi Kasus Madrasah al-Juneid al-IslamiyahMohammad KosimJurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam STAIN Pamekasanemail aboulvaqih This article describes the development of Islamic educationin Singapore, especially Madrasah al-Juneid al-Islamiyah. Theproblem how is the development of curriculum in Madrasah al-Juneid? and what are the future challenges this madrasah? Toanswer this problem, the amount of data collected through obser-vation methods, interviews, and documentation. The data collectedwere analyzed by descriptive-qualitative. The results showed first,the curriculum in Madrasah al-Juneid initially uncharged purereligion then expanded by adding a general lesson. In learning, studymaterials commonly used approach to integration with the teachingsof Islam. Second, the madrasahs in Singapore face challenges in thefuture are not light, namely the world of work demands, the demandsof quality, the challenge of Western lifestyles, and the accusationsagainst Islam as a religion of terrorists. All these challenges must beresponded by madrasah creative in developing a quality programthat graduates could compete with graduate school; can fortify themodern-secular lifestyle, and can coexist peacefully in the midst ofSingapore's plural society. 434 Al-Tahrir No. 2 November 2011Keywords Pendidikan Islam, madrasah, kurikulum, Madrasah al-JuneidPENDAHULUANPendidikan Islam bisa berarti proses atau lembaga. Sebagai proses, pendidikanIslam merupakan usaha sadar dan terencana untuk mengembangkanpotensi peserta didik menuju terbentuknya pribadi muslim sempurnamelalui upaya pengarahan, pengajaran, pelatihan, pemberian contoh,bimbingan, pengasuhan dan pengawasan secara islami. Sedangkansebagai lembaga, pendidikan Islam merupakan lembaga pendidikan yangpendirian dan penyelenggaraannya dilandasi nilai-nilai Islam dan untukmewujudkan cita-cita lembaga pendidikan Islam di suatu negara cukupberagam jenis dan jenjangnya tergantung pada tradisi masyarakat Islamsetempat dan kebijakan pemerintah di suatu negara. Di Indonesia, lembagapendidikan Islam dapat ditemukan mulai jenjang pendidikan dasar hinggapendidikan tinggi dengan jenis beragam dan jumlah yang mencapai di Singapura, lembaga pendidikan Islam hanya terbatas padajenjang pendidikan dasar dan menengah dengan jenis dan jumlah yangterbatas. Di negeri singa ini dikenal dua jenis lembaga pendidikan Islam,yaitu madrasah sepenuh masa full time dan madrasah separuh masapart time.2 Madrasah sepenuh masa merupakan lembaga pendidikanIslam yang proses pembelajarannya berlangsung tiap hari sebagaimanayang terjadi pada madrasah di Indonesia, dan kurikulumnya menggabungkanmata pelajaran agama dan umum. Sedangkan madrasah separuh masamerupakan lembaga pendidikan yang proses pembelajarannya tidakberlangsung tiap hari, mungkin dua-tiga kali seminggu, dilaksanakan pada1Berdasar data Statistik Direktorat Pendidikan Islam Kementerian Agamatahun 2009-2010, jumlah madrasah di Indonesia mencapai lembaga, yangterdiri atas Raudlatul Athfal/Taman Pendidikan al-Qur’an; MadrasahIbtidaiyah; Madrasah Tsanawiyah; dan Madrasah Aliyah. Jumlahtersebut belum termasuk Madrasah Diniyah ula, wustha, dan ulya, pondokpesantren, sekolah Islam, dan Perguruan Tinggi Islam yang jumlahnya Putra Daulay, Dinamika Pendidikan Islam di Asia TenggaraJakarta Rineka Cipta, 2009, 118-122. Mohammad Kosim, Pendidikan di Singapura 435sore dan malam hari; materinya murni keagamaan; dan umumnyaberlangsung di masjid-masjid. Dengan karakter demikian, madrasahseparuh masa lebih tepat disebut pendidikan jenis madrasah tersebut memiliki bidang garapan madrasah penuh waktu adalah para pelajar muslim yang sejakawal memilih lembaga ini sebagai tempat mengembangkan madrasah paruh waktu memiliki sasaran para pelajar muslimyang menuntut ilmu di sekolah umum, agar mereka mengenal ajaran dasarIslam mengingat sekolah-sekolah umum di Singapura tidak mengajarkanmata pelajaran Dengan demikian, kedua jenis madrasah tersebutsama-sama memiliki peran signifikan dalam menumbuhkembangkansemangat islami sejak dini bagi para generasi jenis madrasah yang kini berkembang di Singapura, kajian dalamtulisan ini difokuskan pada madrasah penuh waktu full time terutamaMadrasah al-Juneid al-Islamiah. Madrasah ini dipilih karena memilikikeunggulan dibanding madrasah lainnya di Singapura. Buktinya, madrasahini banyak dikunjungi penyelenggara pendidikan Islam di luar Singapuradalam rangka studi banding; madrasah ini banyak diminati para orang tuadan pelajar muslim di Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam; banyakalumni al-Juneid yang melanjutkan/diterima di universitas Islam terkemukadi dunia, khususnya Universitas al-Azhar Mesir; dan banyak dari lulusanmadrasah ini yang menjadi tokoh agama di Singapura, Malaysia danBrunai antara lembaga pendidikan formal, nonformal dan informaladalah; Pendidikan formalmeru-pa-kanjalurpendidikanyangterstrukturdanberjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, danpendidikan tinggi. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luarpendidikanfor-malyangdapatdilaksanakansecaraterstrukturdan pendidikan informalmeru-pakanjalurpendidikankeluargadanlingkungan. Baca lebih lanjut dalam Undang-Undang Sistem PendidikanNasional Nomor 20/2003 pasal 1 ayat 11, 12, Sebagai negara sekuler dengan penduduk berasal dari etnis dan agamaberagam, pemerintah Singapura memberikan kebebasan kepada setiap warganegaranya untuk memeluk suatu agama dan bahkan untuk tidak itu, di sekolah-sekolah milik pemerintah tidak diperkenankan mengajarkanagama.Se-ko-lahbersifatnetral,danagamamenjadiurusanpribadi ini sangat berbeda dengan Indonesia yang—meskipun bukan negaraagama—menjadikanpendi-dikanagamasebagaisalah satu mata pelajaran wajibdalam semua jenis, jalur dan jenjang pendidikan. 436 Al-Tahrir No. 2 November 2011Kajian tentang Madrasah al-Juneid difokuskan pada masalah-masalahberikut; bagaimana kurikulum yang dikembangkan di Madrasah al-Juneid?;dan apa saja tantangan yang dihadapi madrasah ini? Untuk menjawabmasalah ini, dikumpulkan sejumlah data terkait melalui metode observasi,wawancara, dan Data-data yang terkumpul dianalisissecara ISLAM DI SINGAPURASingapura adalah salah satu negara kecil di Asia Tenggara yang terletakdi penghujung Semenanjung Malaysia, berbatasan dengan JohorMalaysia dan Kepulauan Riau Indonesia. Negara ini merdeka tanggal9 Agustus 1965 setelah lama dijajah Inggris 1819-1963. Pada awalnyaSingapura merupakan kampung nelayan yang dihuni oleh etnis kemerdekaan, standar kehidupan di negara ini meningkat ini menjadi pusat keuangan terdepan keempat di dunia dan sebuahkota dunia kosmopolitan yang memainkan peran penting dalamperdagangan dan keuangan internasional. Pelabuhan Singapura adalahsatu dari lima pelabuhan tersibuk di dunia. Singapura disebut-sebut sebagainegara paling terglobalisasi di dunia dalam Indeks Globalisasi tahun Intelligence Unit menempatkan Singapura pada peringkatpertama kualitas hidup terbaik di Asia dan kesebelas di dunia. Negarakota city state ini memiliki cadangan devisa terbesar kesembilan di ini juga memiliki angkatan bersenjata yang maju. Pertumbuhanekonomi Singapura adalah yang tercepat di dunia dengan pertumbuhanPDB Pendapatan Domestik Bruto pada per-tengahan ke lokasi Madrasah al-Juneid dan wawancara dengan stafpengajar Madrasah al-Juneid dilakukan disela-sela acara short course yang diikutipenulis selama sebulan 1-30 Nopember 2010 di Singapura.. Sayangnya, ketikaobservasi dilakukan madrasah sedang libur, sehingga penulis tidak bisa menggaliinformasi dari murid. Sedangkan metode dokumentasi digunakan untukmengumpulkan data-data dokumen-ter terkait informasi madrasah al-Juneidseperti brosur, kurikulum, dan informasi tertulis diakses 3 Februari 2011. Mohammad Kosim, Pendidikan di Singapura 437Luas wilayah Singapura saat ini sekitar 7,10 km2 271,8 mil2.7Sedangkan jumlah penduduknya, berdasar sensus penduduk tahun 2010,mencapai 5,8 juta jiwa yang terdiri atas etnis Tionghoa 77,3%, etnisMelayu 14,1%, etnis India 7,3%, dan etnis lainnya 1,3%.8 EtnisMelayu merupakan penduduk asli Singapura yang belakangan Mayoritas penduduk Singapura menganut agama Buddha32,08%, selebihnya adalah penganut agama Kristen 17,68%, Islam14,21%, Tao 10,53%, Hindu 4,90% dan penganut agama lainnya0,67%. Sedangkan sisanya 16,38% tidak Islam sebagian besar berasal dari etnis Melayu. Sisanya darikomunitas India dan Pakistan serta sejumlah kecil dari Cina, Arab danEurasia. Mayoritas penduduk Muslim Singapura secara tradisional adalahMuslim Sunni yang mengikuti mazhab Syafi'i, ada juga Muslim pengikutmazhab Hanafi serta sedikit Muslim dengan pertambahan penduduk, jumlah pemeluk Islam diSingapura kian bertambah setiap waktu. Hal yang sama juga terjadi padapemeluk agama lainnya, termasuk yang tak beragama, kecuali agamaTao yang mengalami penurunan signifikan. Hal ini terlihat dalam tabelstatistik penduduk berdasar agama periode 1980-2010 berikut127Pada awal tahun 1960, luas wilayah Singapura sekitar km2. Sejakdi-la-ku-kanreklamasipantaitahun1960,luasdaratanSingapurasemakin bertambahmenjadi 646 km2 tahun 1991, dan berkembang menjadi 710 km2 tahun city8 ini masih akan bertambah sekitar 100km2 lagi hingga tahun 2030. Konon, pasir untuk kebutuhan reklamasi dipasokdari Indonesia yang dikeruk dari laut dan dikuras dari darat baik secara legalmaupun illegal, khususnya melalui Kepulauan diakses 3 Februari orang Cina merupakan etnis Melayu-Muslim. Pada tahun 1824, pendudukMelayu berkurang menjadi kurang 50% dan penduduk Cina meningkat menjadisepertiga. Seiring kian berkembangnya perekonomian Singapura, etnis Cina semakinbanyak mendatangi Singapura, akibatnya jumlah penduduk Cina terus meningkatdiSingapura,sedangkanpen-dudukMelayu-Muslimterusmerosot.Bacalebihlanjut dalam diakses5 November diakses 3 Februari 2011. Jumlah pendudukberdasar kategori agama tersebut hanya dibatasi pada penduduk berusia 15tahun ke diakses 3 November diakses 3 Februari 2011. 438 Al-Tahrir No. 2 November 2011Masuknya Islam ke Singapura tidak dapat dipisahkan dari prosesmasuk-nya Islam ke Asia Tenggara secara umum, karena secara geografisSingapura merupakan salah satu pulau kecil yang terdapat di tanahSemenanjung Melayu. Pada masa awal, Islam yang dikenalkan kepadamasyarakat Asia Tenggara lebih kental dengan nuansa tasawuf. Karenaitu, penyebaran Islam di Singapura juga tidak terlepas dari corak tasawufini. Buktinya pengajaran tasawuf ternyata sangat diminati oleh ulama-ulama setempat dan raja-raja Melayu. Kumpulan tarekat sufi terbesar diSingapura yamg masih ada sampai sekarang ialah Tariqah 'Alawiyyahyang terdapat di Masjid Ba'alawi. Tarekat ini dipimpin oleh Sayid Hasanbin Muhammad bin Salim mengurusi hal-hal yang berhubungan dengan umat Islam diSingapura, pemerintah negeri singa ini mendirikan Majlis Ulama IslamSingapura MUIS atau Islamic Religious Council of Singapore pada tahun1968. Wewenang badan resmi milik negara ini meliputi pembinaan danpengembangan serta peng-awasan terhadap masjid-masjid, pendidikanIslam, pernikahan, zakat, haji, kurban, sertifikasi halal, fatwa, dan hal-halterkait Kegiatan MUIS dibiayai oleh negara, bahkan parapejabat dan pegawainya, termasuk mufti negara, diangkat oleh PresidenSingapura yang Hitami, Sejarah Islam Asia Tenggara Pekanbaru Alaf Riau, 2006,32. 14Informasi tentang keberadaan dan kedudukan MUIS bisa dibaca dalam Mohammad Kosim, Pendidikan di Singapura 439Dilihat dari jumlah umat Islam yang minoritas serta keberadaannegara Singapura yang sekuler, pendirian MUIS oleh negara merupakan wujudperhatian lebih dari pemerintah Singapura terhadap umat Islam, mengingatlembaga sejenis tidak ada untuk agama lain, meskipun pemeluknya lebih besardari Islam. Namun dari aspek politis, pendirian MUIS dapat dipandangsebagai langkah taktis peme-rintah Singapura untuk mengontrol umat Islamdari dalam. Tidak heran jika sebagian aktivis muslim Singapura memandangkeberadaan MUIS sebagai explainers of government policies, "para penjelaskebijakan pemerintah". Istilah ini muncul, antara lain, menyusul perdebatansoal pelarangan jilbab oleh pemerintah di sekolah umum tahun 2002. Kalaitu, dua anak perempuan Muslim dilarang masuk sekolah karena menolakuntuk melepas jilbab selama jam belajar. Pihak pemerintah beralasan,pelarangan jilbab di sekolah umum bertujuan untuk menciptakan suasanaharmonis antar agama dan etnis di lingkungan MUISmalah mendukung kebijakan pemerintah dengan mengatakan, "Aturanlarangan tudung cuma berlangsung beberapa jam ketika murid-muridberada di sekolah. Pendidikan lebih penting."15Sebagai kepanjangan tangan pemerintah, MUIS juga melakukan peng-awasan terhadap khutbah Jum'at di setiap masjid untuk memastikan isikhutbah sesuai dengan konsep negara Singapura yang majemuk. Parapenceramah yang datang dari luar pun diwajibkan mengurus izin ceramahkepada MUIS sebelum mereka bisa berceramah di Singapura. Akantetapi, terlepas dari pro-kontra keberadaan MUIS, lembaga ini telah banyakberbuat untuk kemajuan umat Islam di Singapura, antara lain dalampengembangan pendidikan DI SINGAPURAKendati fenomena madrasah di dunia Islam telah muncul sekitar abadke-4/5 H 10/11 M, seperti munculnya madrasah-madrasah di Naisaphur15Surya Fachrizal, “Etnis Melayu; Penduduk Asli Singapura yang MakinTersingkir”, dalam Suara Hidayatullah Pebruari 2009. Di Indonesia, pemerintahjuga pernah melarang para pelajar muslim menggunakan jilbab di sekolah ini sebagaimana diatur dalam SK Dirjen Dikdasmen karena kuatnya penolakan umat Islam, akhirnya pelarangan tersebutdihapus berdasar SK Dirjen Dikdasmen No. 100/C/Kep/D/1991. 440 Al-Tahrir No. 2 November 2011Iran ± 400 H dan Madrasah Nidzamiyah di Baghdad 457 H,16 keberadaanmadrasah di Singapura baru dijumpai pada awal abad ke-20. Madrasahyang pertama kali berdiri adalah Madrasah al-Sibyan. Madrasah ini berdiritahun 1905 dengan fokus utama pendidikan menghafal al-Qur' madrasah modern yang pertama kali berdiri adalah Madrasahal-Iqbal. Lembaga ini didirikan tahun 1908 oleh para reformis Islam di negaraini. Modernisasi Madrasah al-Iqbal tampak dalam kurikulum yang selainberupa kajian Islam, juga menawarkan mata pelajaran umum sepertigeografi, sejarah, matematika dan bahkan bahasa Inggris. Namun, karenakurangnya respon positif dari komunitas Muslim Singapura ketika itu,madrasah tersebut ditutup setahun dikaitkan dengan modernisasi madrasah di Indonesia, gerakanyang dilakukan para reformis muslim di Singapura hampir bersamaanwaktunya dengan yang terjadi di Indonesia. Di negara muslim terbesardi dunia ini, para reformis muslim juga melakukan modernisasi madrasahdi awal abad ke-20, tepatnya tahun 1909 yang ditandai dengan berdirinyaMadrasah Adabiyah di Padang Beberapa penulis sejarahpendidikan Islam menyebut dua peristiwa penting yang melatarbelakangimunculnya gerakan modernisasi madrasah di dunia Islam, yaitu kolonialismedan gerakan pembaharuan Islam yang menggema dari Timur sejarawan pendidikan Islam seperti Munir al-Din Ahmed,George Makdisi, Ahmad Syalabi, dan Michael Stanton berpendapat bahwamadrasah yang pertama kali muncul adalah Madrasah Nidzamiyah yangdidirikan Wazir Nidzam al-Mulk sekitar tahun 457 H/1064 M. Namun, penelitianlebih akhir menyebutkan bahwa madrasah di Naisaphur justru muncul lebihawal—sekitar tahun 400 H/1009 M—jauh sebelum madrasah kedua ini dianut oleh Richard Bulliet, Naji Ma’ruf, dan al-Al. Bacalebih lanjut; Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan ModernisasiMenuju Millenium Baru Jakarta Logos, 1999, vii-viii. Tentang sejarahpertumbuhan dan perkembangan madrasah di era klasik, baca lebih lanjut dalam;Ahmad Syalabi, Sedjarah Pendidikan Islam, terj. Muchtar Jahja dan Sanusi LatiefJakarta Bulan Bintang, 1973, 109-112; George Makdisi, The Rise of CollegesInstitutions of Learning in Islam and The West Edinburg Edinburg UniversityPress, 1981, Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia Ja-kar-taHidakarya Agung, 1996, lebih lanjut dalam Maksum, Madrasah Sejarah danPerkembangannya Jakarta Logos, 1999, 81-82; Azra, Pendidikan Islam, 36-38 dan 97-102; Karel A. Steenbrink, Pesantren Madrasah Sekolah; PendidikanIslam dalam Kurun Moderen Jakarta LP3ES, 1994, 26-29. Mohammad Kosim, Pendidikan di Singapura 441Pada periode selanjutnya pendirian madrasah di Singapura makindigalak-kan para pemuka agama dalam rangka pengembangan dakwahislamiyah melalui jalur pada tahun 1966 di Singapuratelah berdiri 26 Namun dalam perjalanannya, pemerintahSingapura membatasi jumlah madrasah hingga menjadi enam lembagadengan jumlah siswa yang juga dibatasi. Keenam madrasah dimaksudadalah sebagaimana terlihat dalam tabel berikut20Madrasah-madrasah tersebut menyelenggarakan pendidikan dalamdua jenjang, pendidikan dasar dan pendidikan menengah, yang meliputi;tingkat elementary ibtidaiyah 6 tahun, tingkat secondary thanawiyah 6tahun, dan tingkat pra-university 'aliyah 2 tahun. Sayangnya, hingga saatini di Singapura belum ada perguruan tinggi madrasah di atas merupakan lembaga swasta yang dikelolaumat Islam. Dana pengelolaan madrasah mayoritas berasal dari sumbanganumat Islam baik dari sumbangan orang tua murid maupun dari zakat-infaq-sadaqah umat Islam. Di samping itu, madrasah juga mendapatbantuan rutin dari pemerintah Singapura dan Majlis Ugama Islam SingapuraMUIS.2119Intan Azura Mokhtar, “Madrasahs in Singapore Bridging Between TheirRoles, Relevance and Resources”, Journal of Muslim Minority Affairs, 06 May2010, Dinamika Pendidikan Islam, Singapura memberikan bantuan rutin tiap triwulan untuk tiapmadrasah. Jumlah bantuan yang diberikan adalah $ 10,00 per siswa per itu, MUIS juga menyediakan bantuan rutin setiap tahun untuk enammadrasah, yang diperuntukkan bagi peningkatan mutu guru dan pengembanganperpustakaan. 442 Al-Tahrir No. 2 November 2011Di muka telah dijelaskan bahwa hingga saat ini pemerintah Singapuramembatasi jumlah madrasah. Dalam pandangan pemerintah Singapura,enam madrasah tersebut telah cukup untuk memelihara dan menyiapkankader-kader muslim masa depan. Selebihnya, para pelajar muslim harusbergabung dengan pelajar lainnya di sekolah-sekolah umum milik pemerintahyang jumlahnya mencapai 173 sekolah dasar dan 156 sekolah menengahdi seluruh tahun 2007 upaya "membatasi" jumlah madrasah dilakukan kembalioleh pemerintah melalui MUIS sebagai pembina pendidikan Islam denganmembuat program Joint Madrasah System JMS yang pada tahap awalmelibatkan tiga madrasah, yaitu Madrasah al-Juneid, Madrasah al-'Arabiyah,dan Madrasah al-Irsyad. Melalui program ini, kewenangan ketiga madrasahtersebut dalam menyelenggarakan pendidikan semakin al-Juneid dan al-'Arabiyah dibatasi pada madrasah tingkatmenengah, sedangkan Madrasah al-Irsyad khusus menyelenggarakanmadrasah tingkat rendah. Dengan pembagian demikian, maka sejak tahunpelajaran 2009 Madrasah al-Juneid dan al-'Arabiyah tidak lagi menerimacalon siswa tingkat rendah dan hanya menerima calon siswa tingkatmenengah. Begitu juga dengan Madrasah al-Irsyad, mulai tahun yang samahanya menerima calon siswa tingkat rendah. Dengan kebijakan ini, makajumlah jenjang pendidikan madrasah menjadi berkurang, yang hal iniberdampak pada berkurangnya kesempatan anak-anak muslim terbatasnya jumlah madrasah dan calon siswa yang diterima,banyak pelajar muslim yang terpaksa harus melanjutkan ke sekolah animo masyarakat muslim Singapura untuk memasukkan putra-putrinya ke madrasah semakin tinggi seiring kian meningkatnya tingkatreligiusitas dalam masyarakat. Hal ini, misalnya, terlihat dari jumlahpendaftar ke Madrasah al-Juneid yang mencapai 800 siswa pada tahun2000 dan meningkat menjadi di tahun 2004. Padahal Madrasah al-Juneid hanya akan menerima 400 siswa setiap Mohamed Nasir, Alexux A. Pereira and Bryan S. Turner,MuslimsinSinga-pore;Piety,PoliticsandPolicies London Routledge Taylor& Francis Group, 2010, 70. Mohammad Kosim, Pendidikan di Singapura 443Kebijakan pemerintah Singapura yang cenderung membatasi jumlahmadrasah tidak terlepas dari agenda besar pemerintah negeri ini untukmewujudkan integrasi nasional di tengah-tengah penduduk Singapura yangmajemuk, melalui sistem pendidikan yang berlaku secara nasional. Karenaitu, segera setelah kemerdekaan, pemerintah menutup semua sekolah yangcenderung monorasial seperti sekolah Cina, sekolah Melayu, dan sekolahTamil. Pemerintah hanya menyisakan dua lembaga untuk tetap eksisdengan kontrol ketat, yaitu madrasah yang telah berkembang sejak lamasebelum Singapura merdeka dan Special Assistance Plan SAP, suatulembaga pendidikan yang diperuntukkan bagi anak-anak yang memilikikemampuan lebih dalam bidang bahasa Inggris dan bahasa AL-JUNEID AL-ISLAMIYAHSejarah RingkasNama lengkapnya adalah Madrasah al-Juneid al-Islamiyah al-JuneidIslamic School, terletak di Jalan Victoria Lane 30 Singapura. Lembaga inimerupakan sekolah Islam tertua ketiga di Singapura setelah Madrasahal-Sagaff dan al-Arabiyah. Madrasah al-Juneid didirikan oleh Syeid AbdurRahman bin Umar bin Junied bin Ali al-Juneid pada tahun 1927 di atastanah wakaf dari kakeknya, Syeid Umar bin Ali al-Juneid. Di atas tanahwaqaf tersebut didirikan sebuah bangunan madrasah dua lantai bergayakolonial. Angkatan pertama siswa hanya berjumlah sepuluh anak laki-laki,dan terus bertambah seiring pertambahan jumlah umat Islam. Selamabertahun-tahun, Madrasah al-Juneid telah menarik perhatian siswa tidakhanya dari Singapura, tetapi juga negara-negara tetangga seperti Malaysiadan Brunei tahun 1941, Madrasah al-Juneid menambah ruang kelas untukmeme-nuhi kebutuhan pendaftar yang terus bertambah. Pada saat yangsama, aktivitas madrasah sempat terganggu akibat Perang Dunia II yangmenuntut siswa dan guru kembali ke daerah asal mereka. Sempat pulaMadrasah al-Juneid berubah nama menjadi Darul 'Ulum al-Diniyah al-Junaidiyah. Setelah keadaan aman, aktivitas madrasah dilanjutkan dannama aslinya dikembalikan. Dalam perkembangannya, jumlah murid semakinbertambah sehingga gedung madrasah tidak bisa lagi menampung 70-72. 444 Al-Tahrir No. 2 November 2011Karena itu, pada tahun 1991, dibentuk komite pembangunan madrasah untukmerencanakan sebuah bangunan modern di lokasi sekolah lama. Danapembangunan dikumpulkan dari komunitas Muslim dan non-Muslim yangbersimpatik untuk proyek tersebut. Pada tanggal 7 Agustus 1996,pembangunan gedung baru dimulai. Selama proses membangun, kegiatanbelajar mengajar di-pindah ke gedung Pusat Bahasa di Winstedt Road,tidak jauh dari lokasi pem-bangunan. Di tempat ini, mereka harus berbagidengan siswa dari Madrasah al-Irsyad yang juga direlokasi karenabangunan sekolah mereka juga sedang 21 April 2000 gedung baru berlantai lima resmi ditempati. Gedungyang berdiri megah di atas lahan seluas 0,52 hektar tersebut memiliki fasilitasmemadai; 28 ruang kelas baru yang dapat menampung hingga 2000 siswa;ruang perpustakaan dua lantai; ruang komputer dengan 30 terminal;laboratorium sains; studio seni; lapangan olahraga; ruang teater dengan 250kursi; dan ruang serba guna yang dapat menampung 500 arti sempit kurikulum pendidikan dimaknai sebagai sekumpulan matapelajaran terprogram yang harus ditempuh peserta didik dalam suatulembaga pendidikan Sedangkan dalam arti luas, kurikulumdiartikan sebagai keeluruhan pengalaman belajar yang diterima pesertadidik di bawah tanggung-jawab yang diterapkan di Madrasah al-Juneid mengalami perkem-bangan seiring kebutuhan dan tuntutan Sejak madrasah ini berdiritahun 1927 hingga sebelum tahun 1960, kurikulumnya murni bermuatanagama ulum al-diniyah. Namun, sejak tahun 1960-an madrasah ini mulaimengembangkan kurikulumnya dengan menambah sejumlah mata pelajaranumum. Akan tetapi, perubahan ini tidak mengubah perhatian utama25Webster’s, New International Dictionary New York Gc MerriamCompany, 1953, Miel, Changing the Curriculum a School Process New YorkApletion Century Company, 1946, Oemar Hamalik, ada enam faktor yang menjadi landasan dalampenyusunan dan pengembangan kurikulum, yaitu; filsafat dan tujuan pendidikan,sosial budaya dan agama, perkembangan anak didik, keadaan lingkungan, kebutuhanpembangunan, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Baca lebihlanjut dalam Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaan Jakarta Bumi Aksara,1995, 19. Mohammad Kosim, Pendidikan di Singapura 445Madrasah al-Juneid terhadap pengajaran ilmu agama dan bahasa Arabyang merupakan alasan utama mengapa orang tua banyak mengirim anak-anak mereka ke madrasah ini. Pengembangan kurikulum yang dilakukanMadrasah al-Juneid ini tergolong lambat jika dibandingkan dengan madrasahlainnya di Singapura, semisal Madrasah al-Ma'arif, yang sejak tahun 1930-an telah memasukkan pelajaran penambahan mata pelajaran umum, maka komposisi kurikulumyang dikembangkan Madrasah al-Juneid hingga saat ini adalah 70 persenmata pelajaran agama dan 30 persen mata pelajaran umum. Porsi kurikulumyang lebih menitikberatkan pada materi agama ini berbeda denganmadrasah lainnya di Singapura semisal Madrasah al-Ma'arif yang memilihfifty-fifty antara pelajaran agama dan umum. Alasannya, Madrasah al-Juneidbertujuan untuk menyiapkan calon ulama pewaris nabi. Hal ini bisa dilihatdari visi-misi yang dicanangkan Madrasah al-Juneid sebagai berikut 1. Visi Madrasah Melestarikan generasi ulama dan pemimpin Islam2. Misi Madrasah Menghasilkan lulusan yang beriman kepada AllahSwt. dalam rangka memimpin masyarakat Muslim dan melayanibangsa; memberdayakan siswa dengan pengalaman pendidikanyang komprehensif dan dinamis; dan menjadi lembaga pendidikanIslam terkemuka dalam mengembangkan potensi di atas hanya dapat dicapai dengan kurikulum yangdirencanakan rapi yang memberikan porsi lebih luas untuk mata pelajaranagama. Untuk itu, sejak tingkat rendah hingga pra-universitas, matapelajaran agama di Madrasah al-Juneid selalu dominan. Hal ini terlihatdalam daftar mata pelajaran setiap tingkat berikut291. Mata Pelajaran di Primary Level/Tingkat Rendah 6 tahun atausetara Madra-sah Ibtidaiyah, meliputi; Tauhid, al-Qur'an, Hadis,Fiqh, Bahasa Arab, Nahwu, Bahasa Inggris, Bahasa Melayu,Matematika, dan Mata Pelajaran di Secondary Level/Tingkat Menengah 4 tahunatau setara Madrasah Tsanawiyah, meliputi; Tauhid, al-Qur'an,28Dikutip dari dikases 1 Februari mata pelajaran tersebut dikutip dari brosur tentang Madrasah Al-Juneid al-Islamiyah. 446 Al-Tahrir No. 2 November 2011Fiqh, Insya', Nahwu, Sharf, Tafsir, Ulumul Qur'an, Hadis, Faraidh,Rasm al-Khatt, Bahasa Inggris, Bahasa Melayu, Matematika,Sains, Kimia, Biologi, Mata Pelajaran di Pre-University Level/Tingkat Pra-Universitas2 tahun atau setara Madrasah Aliyah, meliputi; Tauhid, al-Qur'an, Fiqh, Insya', Nahwu, Sharf, Tafsir, Ushul Fiqh, Hadis,Musthalah al-Hadis, Mantiq, Balaghah, Adab, Qawaid Fiqhiyah,Bahasa Inggris, Bahasa Melayu, Matematika, Sains, Kimia,Biologi, dibanding dengan kurikulum madrasah di Indonesia, apa yangberlangsung di Madrasah al-Juneid saat ini lebih mirip dengan kurikulummadrasah sebelum tahun 1975. Ketika itu, kurikulum madrasah didominasipelajaran agama dan sedikit pelajaran umum. Dalam perkembangannya,terutama setelah pemerintah mengeluarkan SKB 3 Menteri MenteriAgama, Menteri Pendidikan, dan Menteri Dalam Negeri tahun 1975, porsikurikulum madrasah di Indonesia berubah menjadi 30% agama dan 70%umum. Setelah pemerintah mengesahkan UU Nomor 2/1989 tentang SistemPendidikan Nasional, status madrasah bergeser menjadi sekolah umumberciri khas agama Islam. Dengan status demikian, maka mata pelajaranumum di madrasah sama persis dengan di sekolah, sehingga me-ngurangijatah mata pelajaran kedalaman pengetahuan agama yang diajarkan di Madrasahal-Juneid sejajar dengan yang dikembangkan Universitas al-Azhar ini, antara lain, sebagai antisipasi mengingat setiap tahunnya banyaklulusan al-Juneid yang melanjutkan studi ke Universitas al-Azhar. Dengankurikulum yang berkiblat ke al-Azhar memungkinkan para lulusannya tidakmenghadapi banyak kendala ketika melanjutkan studi ke universitas Islamtertua di dunia mata pelajaran umum, kurikulumnya disesuaikan denganstandar minimal Kementerian Pendidikan Singapura, sehingga lulusan al-30Wawancara dengan Ustadz Muhammad Zamri Lc., salah satu alumniMadrasah al-Juneid yang setelah melanjutkan studi ke Universitas al-AzharMesirmenjaditenagapengajar dialma-mater-nya.WawancaradilakukandiMadrasah al-Juneid tanggal 24-25 November 2010, disela-sela pe-nulismengikuti program short course yang diselenggarakan Kementerian Agamapada tanggal 1-30 Nopember 2010 di National University of Singapore NUS. Mohammad Kosim, Pendidikan di Singapura 447Juneid berpeluang melanjutkan/pindah ke sekolah/perguruan tinggi umumdengan cara mengikuti ujian persamaan sebagaimana dipersyaratkanKementerian Pendidikan menarik, pembelajaran materi umum di Madrasah al-Juneidmeng-gunakan pendekatan integrasi, integrated learning, dengan Melalui pendekatan ini, kajian-kajian tentang Biologi, Kimia,Fisika dan materi umum lainnya merupakan bagian yang terpisah darikajian Islam yang bersumber dari al-Qur'an dan Denganpendekatan islami ini, maka sebenarnya Madrasah al-Juneid telahmenerapkan 100% kurikulum integrasi ilmu atau islamisasi sains yang dikembangkan Madrasahal-Juneid agak berbeda dengan madrasah di Indonesia. Hasil penelitianpenulis terhadap kandungan agama Islam dalam Mata Pelajaran IPA33di Madrasah Aliyah menunjukkan bahwa hingga saat ini madrasah diIndonesia belum optimal melaku-kan upaya integrasi ilmu agama dan ilmuumum. Terbukti, dari hasil studi teks terhadap sejumlah buku pelajaran IPABiologi, Kimia, Fisika kelas X hingga kelas XII di Madrasah Aliyah, hampirtidak ditemukan upaya signifikan untuk "menghubungkan" ajaran Islamdalam setiap pembahasan materi IPA Biologi, Kimia, Fisika. Padahalupaya islamisasi ini sangat penting untuk mengatasi kian "tersingkirnya" matapelajaran agama di madrasah pasca perubahan statusnya, dari lembagaagama menjadi sekolah umum berciri khas agama lebih lanjut dalam Singapore Islamic Education System aConceptual Framework yang disusun oleh Youth Education Strategic UnitIslamic Religious Council of Singapore MUIS, yang dikeluarkan MUIStanggal 27 April pendekatan integrasi ilmu di Madrasah al-Juneid sangatterlihat saat penulis mengunjungi madrasah ini. Di halaman depan madrasahdekat resepsionist, terpampang jelas papan yang menggambarkan strategiislamisasi lebih lanjut dalam Mohammad Kosim, Kandungan Agama Islamdalam Mata Pelajaran IPA di Madrasah Yogyakarta; Pustaka Nusanttara,2011.34Sebagaimana dimaklumi, bahwa pasca pemberlakuan Undang-UndangNomor 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, madrasah yang sebelumnyadikenal sebagai sekolah agama berubah statusnya menjadi sekolah umumberciri khas agama Islam. Perubahan status ini berpengaruh pada perubahankurikulum yang didominasi mata pelajaran umum. 448 Al-Tahrir No. 2 November 2011Dalam sejarah Islam, pendekatan integrasi tersebut sebenarnya telahmen-jadi tradisi para ilmuwan muslim di zaman Hal ini ditandaidengan mun-culnya para filosof dan ilmuwan muslim yang ahli dalamberbagai disiplin ilmu pengetahuan. Sekedar menyebut contoh, dalam bidangkedokteran muncul; al-Razi866-909 M, Ibn Sina wafat 926 M, Ibn Zuhr1091-1162 M, Ibn Rusyd wafat 1198 M, dan al-Zahrawi wafat 1013 M.Dalam bidang filsafat muncul; al-Kindi 801-862 M, al-Farabi 870-950M, al-Ghazali 1058-1111 M, dan Ibn Rusyd wafat 1198 M. Dalam bidangilmu pasti dan ilmu pengetahuan alam muncul; al-Khawarizmi 780-850 M,al-Farghani abad ke-9, an-Nairazi wafat 922 M, Abu Kamil abad ke-10, Ibrahim Sinan wafat 946 M, al-Birn 973-1051 M, al-Khujandi lahir1000 M, al-Khayyani 1045-1123 M, dan Nashirudin al-Ths 1200-1274M.36Akan tetapi tradisi membanggakan tersebut menjadi redup di abadperte-ngahan. Pendekatan integrasi yang telah dibangun para ilmuwanmuslim era klasik berubah menjadi pendekatan dikotomi, ilmu agama danilmu umum. Akibatnya, pengembangan ilmu pengetahuan umum di kalanganumat Islam menjadi mandeg karena lebih terfokus pada kajian-kajian ilmuagama. Menyadari hal ini, sejumlah ilmuwan muslim era modern menggagasuntuk kembali ke pendekatan integrasi dalam studi Islam dan ini ditandai dengan munculnya istilah islamisasi sains yangdiprakarsai ismail Raji dan PrestasiTahun ajaran baru di Madrasah al-Juneid dimulai bulan Januari, samadengan sekolah umum milik pemerintah. Jam pelajaran berlangsung antara35Harun Nasution memetakan babakan sejarah politik dunia Islam ke dalamtiga periode, yaitu; periode klasik 650-1250 M, periode pertengahan 1250-1800M, dan periode modern 1800-sekarang. Baca lebih lanjut dalam Harun Nasution,Pembaharuan dalam Islam; Sejarah Pemikiran dan Gerakan Jakarta BulanBintang, 1975, tersebut dikenalkan pertama kali oleh Ismail Raji al-Faruqi, ketikapada tahun 1982 menerbitkan buku berjudul Islamization of Knowledge GeneralPrinciples and Workplan. Istilah lain yang memiliki substansi sama denganislamisasi sains adalah dewesternisasi pengetahuan yang dikenalkan MuhammadNaquib al-Attas, desekularisasi sains, atau naturalisasi ilmu yang digagasbeberapa sarjana keislamana semisal I. Sabra. Mohammad Kosim, Pendidikan di Singapura 449pukul sampai jam dengan sekali istirahat,38 dan hari Ahadlibur. Ada beberapa fenomena menarik dari tradisi yang dikembangkanMadrasah al-Juneid, yaitu; pemisahan ruang kelas laki-laki dan perempuankecuali untuk tingkat rendah/ibtidaiyah, siswa laki-laki berpeci hitamsebagaimana umumnya santri di Indonesia, dan menjadikan bahasa Arabsebagai bahasa komunikasi di dalam dan di luar Tradisi ini menjadimenarik karena Madrasah al-Juneid berdiri di tengah-tengah pendudukSingapura yang modern-sekuler dan didominasi kultur Barat. Di Indonesia,tradisi-tradisi tersebut hanya ditemukan di madrasah-madrasah penerapan tradisi Islam yang ketat di Madrasah al-Juneidterkait dengan upaya lembaga ini membentengi siswanya dari ancamanmodernitas yang semakin tak terkendali, lebih-lebih warga Singapurasecara kultur telah berkiblat ke Barat. Sedangkan tradisi berbahasa Arabyang dikembangkan Madrasah al-Juneid-yang hal ini sulit dijumpai dimadrasah-madrasah lain di Singapura tampaknya terkait dengankecenderungan madrasah ini yang meng-hendaki lulusannya melanjutkanke universitas-universitas Islam di dunia. Sehingga bekal kemampuanberbahasa Arab akan mempermudah lulusannya diterima di universitasIslam terkemuka di dunia, seperti Universitas al-Azhar di Kairo danuniversitas di Saudi menjamin mutu pembelajaran dan mutu lulusan, Madrasah al-Juneid melakukan seleksi ketat terhadap calon siswa dan calon guru, dansecara kontinyu meningkatkan kualitas guru melalui beragam pendidikan danpelatihan. Khusus guru mata pelajaran umum, mereka juga dilatih agarmampu mengajar materi umum dengan pendekatan kegiatan yang berlangsung pada jam-jam sekolah, Madrasahal-Juneid juga mengembangkan kegiatan pembelajaran melalui programpengayaan dan remedial. Di luar mata pelajaran, madrasah ini jugaberupaya mengembangkan bakat dan minat siswa melalui kegiatan ektra38Jam belajar di Madrasah al-Juneid diatur sebagai berikut; Senin - Kamis0730-1500; Jumat 0730-1230. Jam istirahat; 1015-10 penjelasan Ustadz Muhammad Zamri, Lc., bahasa Arab sebagaialat komunikasi di Madrasah al-Juneid mulai dikenalkan sejak tingkat tsanawiyah,dan berlaku efektif di tingkat aliyah. 450 Al-Tahrir No. 2 November 201140Banyaknya alumni al-Juneid yang melanjutkan studi ke universitas IslamdiTimurTengahdi-contohkanoleh UstadzMuhammadZamri dalamkasustahun 2010. Di tahun tersebut, lulusan madrasah di Singapura yang diterima diUniversitas al-Azhar sebanyak 40 orang. Dari jumlah ini, 30 siswa berasal dariMadrasah dari dikases 1 Februari seperti olahraga, kaligrafi, astronomi, nasyid islami, dan qiraatal-Qur' upaya yang dilakukan Madrasah al-Juneid tidak prestasi yang diraih siswa/alumni madrasah ini, baik dalam bidangakademik ataupun bidang lainnya. Misalnya, 90% dari lulusan al-Juneidditerima di sejumlah universitas di Malaysia dan Timur Dua lulusanmadrasah ini pernah menjadi mahasiswa terbaik di Universitas al-AzharMesir. Setiap tahun, lulusan terbaik madrasah ini juga dikirim ke Kuwaituntuk studi lanjut. Sejak tahun 2005, siswa al-Juneid selalu muncul sebagaiperaih emas/perak/perunggu dalam Kompetisi Internasional Matematika diAmerika Serikat. Di bidang seni suara, group Nasyid al-Juneid telah merilissejumlah album sejak tahun 1999 dan sering tampil dalam even-even islamidi samping itu, tidak sedikit alumni madrasah ini yang menjadi tokohagama dan telah memainkan peran penting dalam urusan umat Islam diSingapura, seperti Mufti Singapura Syed Muhammad Isa Semait, presidenMahkamah Sya-riah Salim Jasman dan pendahulunya Haji Abu BakarHashim, pemimpin agama Ustaz Ahmad Sonhaji, dan kepala sekolahMohamad Amin Muslim. Madrasah ini juga banyak melahirkan pemimpinMuslim di negara-negara Asia Tenggara, khususnya di Malaysia danBrunei. Sembilan puluh persen staf Dewan Islam Sarawak dan MenteriAgama Brunei Darussalam Datok Muhammad Zain adalah alumniMadrasah MADRASAHKendati secara umum keberadaan Madrasah al-Juneid cukupmembanggakan, tidak berarti lembaga ini terlepas dari masalah. Sebagaiinstitusi pendidikan yang dikelola kelompok minoritas yang berada di negaramaju non-muslim dan berbaur di tengah-tengah kultur yang secaraideologis berbeda dan bahkan bertentangan, Madrasah al-Juneid dan Mohammad Kosim, Pendidikan di Singapura 451semua madrasah di Singapura menghadapi tantangan yang tidak ringan,diantaranya adalah Pertama, tuntutan dunia kerja. Kontribusi Madrasah al-Juneid dalammenyiapkan kader dan pemimpin Muslim tidak diragukan lagi. Sebagaimanapenjelasan di muka, banyak lulusan lembaga ini yang menjadi tokoh agamadi sejumlah instuti Islam di Singapura, Malaysia dan Brunai harus diingat, tidak semua lulusan al-Juneid akan menjadi juga dengan kasus pesantren di Indonesia, tidak mungkin semualulusan pesantren menjadi kiai. Bahkan hanya sebagian kecil dari merekayang akan menjadi tokoh agama. Dengan demikian, sebagian besar darilulusan madrasah akan bekerja di sektor lain untuk menopang dimaklumi, Singapura merupakan salah satu pusat bisnisdan perdagangan dunia. Dengan menerapkan sistem ekonomi terbuka,pelaku ekonomi di negara ini dikuasai dan dikendalikan oleh pemilik modaldan tenaga professional dari etnis Cina non-muslim, sedangkan etnis Melayu-muslim berada di pinggiran. Selama ini mereka tidak bisa bersaing karenamereka lemah di bidang modal dan keahlian. Karena itu, madrasah-madrasah di Singapura di samping membekali siswanya dengan ilmuagama harus pula memberi perhatian serius untuk menyiapkan bekal memadaibagi lulusannya agar bisa bersaing di dunia tuduhan Islam sebagai agama teroris. Sebagaimana dimaklumi,pasca penyerangan gedung World Trade Centre WTC 11 Nopember 2001,yang diikuti oleh serangkaian aksi radikal umat Islam di sejumlah belahandunia, pandangan negatif dan bias terhadap umat Islam semakin meningkat,lebih-lebih setelah diketahui para pelaku gerakan radikal tersebut adalah alumnilembaga pendidikan Islam tradisional semisal pesantren dan umat Islam di Singapura yang minoritas, tuduhan tersebut terasa beratkarena mereka hidup di sebuah negara sekuler yang selama ini dikenalsebagai negara sekutu Amerika-Israel yang selalu berpandangan negatifterhadap Islam. Apalagi tuduhan tidak mengenakkan itu sering disampaikansecara vulgar oleh para pejabat Singapura. Lee Kuan Yew, mantanPerdana Menteri Singapura, misalnya beberapa waktu lalu menyarankanagar umat Islam di negara ini mengembangkan sikap toleran dalam rangkamewujudkan integrasi nasional di tengah-tengah masyarakat Singapurayang majemuk. Ia memandang Islam di negeri ini menjadi batu sandungan 452 Al-Tahrir No. 2 November 201142Baca lebih lanjut dalam “Lee Kuan Yew Desak Muslim Lebih Moderat”,www. dikases 12 Februari diakses 6 November mewujudkan integrasi. Secara terbuka, ia mengungkapkan "Sayamengatakan saat ini bahwa kami dapat mengintegrasikan semua agama danras kecuali Islam".42Tuduhan bias tersebut harus direspon kreatif oleh umat Islam denganmenunjukkan-bukan hanya dalam tataran wacana, namun juga dalamwujud perilaku keseharian bahwa Islam adalah agama yang ramah, tolerandan sangat anti kekerasan. Bagi madrasah, respon tersebut harus puladiwujudkan ke dalam bentuk pengembangan kurikulum yang mengarah padapemahaman Islam inklusif, toleran dan cinta damai, agar lulusannya bisahidup bersama to live together secara damai di tengah-tengah wargaSingapura yang heterogen dari sisi budaya, agama, ras, dan suku tuntutan mutu. Sebagaimana dimaklumi, Singapura di sampingdi-kenal sebagai salah satu pusat perdagangan dunia, negara ini jugamerupakan salah satu negara yang sangat baik dalam mengelola University of Singapore NUS misalnya, merupakan universitasterbaik di Asia Tenggara, urutan ke-3 di Asia dan urutan ke-30 di heran jika banyak warga negara asing yang tertarik belajar di negaraini. Sukses pendidikan di Singapura tidak terlepas dari perhatian penuhpemerintah dalam membangun pendidikan, mulai jenjang pendidikan dasarhingga pendidikan tinggi. Perhatian pemerintah tersebut terlihat darifasilitas sekolah-sekolah di Singapura yang sangat memadai. Setiap sekolahdi negeri ini memiliki akses internet bebas. Setiap sekolah juga memilikiweb sekolah yang berguna untuk menghubungkan siswa, guru, danorangtua. Selain itu, di setiap kelas terdapat Liquid Crystal Display LCDsebagai media pembelajaran. Fasilitas lainnya adalah tersedianya sistemtransportasi yang memiliki akses ke semua sekolah di Singapura sehinggamemudahkan siswa pergi-pulang lain yang menyebabkan Singapura menjadi negara dengansistem pendidikan terbaik adalah faktor pendidik. Untuk menjadi guru dinegeri singa ini sangat ketat dan calon guru yang diterima disesuaikandengan jumlah guru yang diperlukan, sehingga bisa dipastikan semualulusan sekolah guru akan mendapat pekerjaan. Setelah terseleksi, para Mohammad Kosim, Pendidikan di Singapura 453calon guru diberi pelatihan sebelum bekerja, sehingga guru-guru sudahmendapat bekal memadai sebelumnya. Selain itu, gaji yang diberikan untukguru-guru di Singapura juga sangat tinggi. Hal itu menyebabkan kehidupanguru-guru terjamin kesejahteraannya, sehingga mereka fokus padatugasnya sebagai madrasah di Singapura, hal tersebut menjadi tantangan tersendirimengingat madrasah berada di luar sistem pendidikan yang dikembangkanpemerintah. Madrasah, dengan kemampuannya sendiri yang terbatas harusbersaing dengan sekolah yang mendapat perhatian penuh dari tantangan gaya hidup Barat. Singapura secara geografisterletak di wilayah Asia Tenggara, namun dari aspek kultural kehidupansehari-hari di negara singa ini diwarnai gaya hidup Barat yang sekuler,individual, materialistik, dan hedonistik. Perkembangan media komunikasidan informasi yang semakin tak terbendung menjadikan gaya hidup Baratsemakin menjadi pilihan utama kaum remaja. Tidak sedikit generasi mudamuslim yang terjebak dalam gaya hidup itu, menjadi tantangan tidak ringan bagi madrasah untukmemben-tengi para siswanya agar tidak tergerus oleh budaya itu, madrasah dituntut untuk mampu mengembangkan program-program islami yang menarik perhatian para siswa agar mereka tidakmenoleh ke budaya Barat yang beberapa penjelasan di atas, maka jawaban atas masalah dalamkajian ini dapat disimpulkan sebagai berikutPertama, kurikulum yang dikembangkan di Madrasah al-Juneidawalnya murni bermuatan agama. Dalam perkembangannya, sejak tahun1960-an, dalam rangka menyesuaikan dengan kebutuhan dan tuntutanzaman, madrasah ini mem-perluas kurikulumnya dengan menambah matapelajaran umum, dengan komposisi 70% studi agama dan 30% studiumum. Namun, karena pembelajaran materi umum menggunakanpendekatan integrasi dengan ajaran Islam, maka sebenarnya kurikulumyang diterapkan di Madrasah al-Juneid adalah 100% kurikulum madrasah-madrasah yang ada di Singapura menghadapitantangan tidak ringan di masa depan. Tantangan tersebut adalah tuntutan 454 Al-Tahrir No. 2 November 2011dunia kerja, tuntutan mutu, tantangan gaya hidup Barat, dan tuduhanterhadap Islam sebagai agama teroris. Semua tantangan ini harus diresponkreatif oleh madrasah dengan mengembangkan program yang bermutuagar lulusannya bisa bersaing dengan lulusan sekolah, dan agar lulusannyamampu mengembangkan kehidupan islami yang sejuk dan toleran di tengah-tengah masyarakat Singapura yang RUJUKANAl-Faruqi, Ismail Raji. Islamisasi Pengetahuan. terj. Anas Pustaka, 1984 .Azra, Azyumardi. Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi MenujuMillenium Baru. Jakarta Logos, Haidar Putra. Dinamika Pendidikan Islam di Asia Rineka Cipta, Surya. "Etnis Melayu; Penduduk Asli Singapura yang MakinTersingkir", dalam Suara Hidayatullah, Pebruari Munzir. Sejarah Islam Asia Tenggara. Pekanbaru Alaf Riau, Mohammad. Kandungan Agama Islam dalam Mata PelajaranIPA di Madrasah. Yogyakarta Pustaka Nusantara, George. The Rise of Colleges Institutions of Learning in Islamand The West. Edinburg Edinburg University Press, Madrasah Sejarah dan Perke mbangannya. Jakarta Logos,1999. Mohammad Kosim, Pendidikan di Singapura 455Miel, Alice. Changing the Curriculum a School Process. New York;Apletion Century Company, Intan Azura. "Madrasahs in Singapore Bridging Between TheirRoles, Relevance and Resources", Journal of Muslim Minority Affairs,06 May Harun. Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran danGerakan. Jakarta Bulan Bintang, Islamic Education System a Conceptual Framework yangdisusun oleh Youth Education Strategic Unit Islamic Religious Councilof Singapore MUIS, edisi 27 April Pendidikan Direktorat Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, Karel A. Pesantren Madrasah Sekolah Pendidikan Islamdalam Kurun Moderen. Jakarta LP3ES, Ahmad. Sedjarah Pendidikan Islam, terj. Muchtar Jahja dan SanusiLatief. Jakarta Bulan Bintang, Bryan S, Kamaludin Mohamed Nasir and Alexux A. in Singapore;Piety, Politics and Policies. London RoutledgeTaylor & Francis Group, New International Dictionary. New York Gc MerriamCompany, Mahmud. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta Hidakarya Agung, 1996. ... The difference between general education and Islamic education is the emphasis of the educational goals. 20 As the ultimate human perfection is close to God in the world and the hereafter, Islamic education trains individual based on Islamic teachings from Allah Swt.. ...Zulkarnain ZulkarnainArdian Al HidayaEliyyil AkbarThe rise of immodesty among the young people towards the elderly implies the lack of cultural identity. This behavior is not only performed by individuals within the family environment but also the entire aspects of the educational environment and society. Dealing with this condition, it is necessary to re-actualize the social norms as local wisdom for future generations like Gayo community. Here are the norms to avoid violating actions. These rules are used as a foundation of life called Sumang. This paper focuses on the concepts of Gayo community norms within the framework of Islamic education. This research employed a descriptive qualitative using field research method. The sampling technique was purposive sampling by selecting the research participants consisting of the prominent tribal leader of Gayonese people. The data were collected by using observation and semi-structured interview. Then, the data were documented and analyzed through data reduction, display, and conclusion. The purpose of this paper is to explore the heritage value of Gayo community that can be used as a reference to respond to the challenges of future generations. The findings showed that the Gayo norms managing social interaction known as Sumang taboo consisting of Sumang Kenunulen sitting, Sumang perceraken talking, Sumang pelangkahan journey, Sumang penengonen seeing. Those concepts in Gayo community norms within the framework of Islamic education are to prevent a contradiction to the religion and the cultural values or it can be classified as disrespectful attitudes. These norms have also been the foundation for developing character education. الملخص يتزايد انتشار الخلافة بين الصغار والكبار بشكل متزايد ، مما يعني نقصًا في الأخلاق. هذا السلوك لا يتم فقط من قبل الأفراد في محيط الأسرة ولكن في جميع جوانب البيئة التعليمية وحتى المجتمع. لمعالجة هذا ، من الضروري الحفاظ على جدول الأعمال أو إعادة تفعيل المعايير الاجتماعية التي أصبحت حكمة محلية لأجيال. كما هو الحال في مجتمع Gayo ، لديها قواعد السلوك أو السلوك التي يجب تجنبها لخرق القيم. تستخدم القاعدة كنمط أساسي أو أساس للحياة يسمى سومانغ. تستعرض هذه الورقة معايير مجتمع Gayo ومفاهيم معايير مجتمع Gayo في إطار التعليم الإسلامي. تستخدم طريقة البحث هذه النوعية الوصفية ، مع البحث الميداني. استخدم المشاركون في هذه الورقة تقنية أخذ عينات هادفة ، وهي الشكل التقليدي لمجتمع جايو. طرق جمع ملاحظات البيانات ، ومقابلات الفصول ، والتوثيق أثناء تحليل البيانات باستخدام تقليل البيانات ، وعرض البيانات والاستنتاجات .الغرض من هذه الورقة هو استكشاف القيمة التراثية لمجتمع غايو ويمكن استخدامه كمرجع في الرد على تحديات الأجيال التي تفتقر إلى الأخلاق. تشير النتائج في هذا المجال إلى أن قواعد جايو التي تحكم التفاعل الاجتماعي تُعرف باسم سومانج كينونولن المتنافرة عند الجلوس ، ووسانجانج بيرسيكاكن المتناقض في قول الكلمات ، والسومانج بيلانجكان المتناقض في السفر ، وسومانج بيننغونين طرق متضاربة للرؤية ، إن مفهوم معايير مجتمع جايو في إطار التربية الإسلامية هو فعل يتعارض مع الدين ، لأنه يصنف كموقف غير جدير بالثناء وله تأثير غير موات ، ويمكن أن يكون هذا الأساس أساسًا لقيم الشخصية المتنامية. Abstrak Maraknya sikap ketidaksopanan antara yang muda terhadap yang tua semakin merambah sehingga mensiratkan minimnya etika. Tingkah laku tersebut bukan hanya dilakukan individu di lingkungan keluarga, namun pada seluruh aspek lingkungan pendidikan bahkan masyarakat. Untuk menyikapi hal tersebut, perlu agenda pelestarian atau mengaktualisasikan kembali norma-norma sosial yang sudah menjadi kebijaksaan lokal secara turun temurun. Sebagaimana pada masyarakat Gayo, mempunyai aturan perbuatan atau tingkah laku yang harus dijauhi karena melanggar nilai. Aturan tersebut dijadikan pola dasar atau landasan hidup yang disebut Sumang. Tujuan tulisan ini untuk menggali nilai pusaka masyarakat Gayo dan dapat dijadikan acuan dalam menjawab tantangan generasi yang minim moralitas. Metode penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif, dengan penelitian lapangan field research serta partisipan menggunakan teknik purposive sampling,yaitu tokoh adat masyarakat Gayo. Pengumpulan data menggunakan pengamatan, wawancara semiterstruktur, dokumentasi, sedangkan analisa data menggunakan data reduction, displaydata serta kesimpulan. Temuan di lapangan bahwa norma masyarakat Gayo yang mengatur tata pergaulan dalam berinteraksi dikenal dengan istilah sumang kenunulen sumbang ketika duduk, sumang perceraken sumbang dalam mengucapkan kata-kata, sumang pelangkahen sumbang dalam perjalanan, sumang penengonen sumbang cara melihat. Konsep norma-norma masyarakat Gayo dalam bingkai pendidikan Islam merupakan tindakan yang bertentangan dengan adat, agama karena tergolong sikap yang tidak terpuji dan berdampak tidak baik. Norma tersebut juga telah menjadi dasar untuk menumbuhkan nilai-nilai Heri Putra SuharyantoLaily Nur ArifaMuh Barid Nizarudin WajdiThere are not many methods of learning Islamic education PAI that have become the choice of educators teachers and lecturers, but from the choice of learning methods that are often chosen, there are still weaknesses in their application, so it is important to discuss the development of the methods. PAI learning in the aspect of types and supports. The method used in writing this article is in the form of a literature review which is a study with a tendency to carry out text or discourse analysis activities and is an investigation of an event related to the actions or writings being studied in order to obtain various relatively precise facts related to the development of the PAI learning method. in terms of types and modernization of Islamic education continues to be encouraged by structuring the Iranian education system based on the principles of Islamic teachings, without neglecting the modern education that has developed in the pre-revolutionary government, namely balancing religious education, science and technology. The process of modernization in Iran, especially those related to the modernization of Islamic education, educational renewal strategies, and aspects of being modernized are interesting to study. As an Islamic country that has successfully carried out a modernization revolution, it has made it equal to the western world. In this study, the authors tried to obtain material through information from the mass media, literature literature, namely collecting, reading and studying sources, obtaining material library research in the form of books. The method of discussion in this research is Synthesis Analysis Method, namely by means of rational and abstract logical approaches to the objective of thinking inductively and deductively as well as scientific analysis. Syamsul Ma'arifLeonard C. SebastianSholihan SholihanThis study sheds light on the identity of Islamic education in Indonesia and Singapore to fight against radicalism. This study focuses on comparing Indonesia and Singapore in awakening multicultural consciousness, particularly on philosophical and practical religious education. The crisis of ideology faced by Muslim society in the world has an impact on the genesis of religious movements that legitimate violence and terrorism. This study is based on the sociological perspective and aimed at knowing the philosophical and practical construction of Islamic education in Indonesia and Singapore. The focus of this study is on preventive and persuasive deradicalization. Religious education institutions in both countries have multi principles and practices of education, which is implemented particularly in preventing Islamic ideology that teaches violent values and terrorism. Anticipating the development of understanding radicalism, in both countries, Islamic education has formulated policies that are accommodating with universal values and cosmopolitanism of Islamic civilization. Such efforts are implemented by pesantren and madrasah in Indonesia and Singapore to build harmony among fellow human beings and transmit the character of egalitarian, democratic, humanist, inclusive, and civilized. Intan Azura MokhtarIslamic education in madrasahs Islamic religious schools, has generated much interest among policymakers and the general public in recent years. With its religiously based curriculum and exclusive Muslim enrolment, it has increasingly been subjected to scrutiny and critique. This has been exacerbated with recent terrorist threats and attacks that have resulted in deaths and destruction and where the perpetrators were said to have been schooled in madrasahs that taught “deviant” Islamic teachings. Although biased views against Muslims and Islamic education in madrasahs are not extremely widespread, it is important to explore the operations of madrasahs in Singapore so as to quell misconceptions that the general public may have, especially since these madrasahs are not part of the mainstream educational system. It is thus crucial to identify the role of madrasahs and their relevance in the Singapore education system and also look into the resources on which these institutions are run. This paper provides an overview of the madrasahs in Singapore, and looks at their roles, relevance, and resources through presenting the views of the instructors asatizah and of the pupils at selected madrassah schools and compares them with the views of teachers and students in mainstream book examines Muslims in Singapore, analysing their habits, practices and dispositions towards everyday life, and also their role within the broader framework of the secularist Singapore state and the cultural dominance of its Chinese elite, who are predominantly Buddhist and Christian. Singapore has a highly unusual approach to issues of religious diversity and multiculturalism, adopting a policy of deliberately managing religions’ - including Islam - in an attempt to achieve orderly and harmonious relations between different racial and religious groups. This has encompassed implicit and explicit policies of containment and enclavement’ of Muslims, and also the more positive policy of upgrading’ Muslims through paternalist strategies of education, training and improvement, including the modernisation of madrassah education in both content and orientation. This book examines how this system has operated in practice, and evaluates its successes and failures. In particular, it explores the attitudes and reactions of Muslims themselves across all spheres of everyday life, including dining and maintaining halal-vigilance; education and dress code; and practices of courtship, sex and marriage. It also considers the impact of wider international developments, including 9/11, fear of terrorism and the associated stigmatization of Muslims; and developments within Southeast Asia such as the Jemaah Islamiah terrorist attacks and the Islamization of Malaysia and Indonesia. This study has more general implications for political strategies and public policies in multicultural societies that are deeply divided along ethno-religious dalam Islam Sejarah Pemikiran dan GerakanHarun NasutionNasution, Harun. Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan. Jakarta Bulan Bintang, Melayu; Penduduk Asli Singapura yang Makin Tersingkir", dalam Suara HidayatullahSurya FachrizalFachrizal, Surya. "Etnis Melayu; Penduduk Asli Singapura yang Makin Tersingkir", dalam Suara Hidayatullah, Pebruari Sejarah dan Perke mbangannyaMaksumMaksum. Madrasah Sejarah dan Perke mbangannya. Jakarta Logos, the Curriculum a School ProcessAlice MielMiel, Alice. Changing the Curriculum a School Process. New York;Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Millenium BaruAzyumardi AzraAzra, Azyumardi. Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Millenium Baru. Jakarta Logos, Madrasah Sekolah Pendidikan Islam dalam Kurun ModerenKarel A SteenbrinkSteenbrink, Karel A. Pesantren Madrasah Sekolah Pendidikan Islam dalam Kurun Moderen. Jakarta LP3ES, Pengetahuan. terj. Anas MahyudinIsmail Al-FaruqiRajiAl-Faruqi, Ismail Raji. Islamisasi Pengetahuan. terj. Anas Mahyudin. Bandung Pustaka, 1984. Jawabanyang benar adalah: B. 1, 3, dan 5. Dilansir dari Ensiklopedia, sikap yang baik diterapkan di masyarakat ditunjukkan oleh nomor 1, 3, dan 5. Pembahasan dan Penjelasan. Menurut saya jawaban A. 1, 2, dan 5 adalah jawaban yang kurang tepat, karena sudah terlihat jelas antara pertanyaan dan jawaban tidak nyambung sama sekali.
Singapura menjadi negara yang memiliki sistem pendidikan terbaik di dunia dalam survei yang dikeluarkan Organization for Economic Co-operation and Development OECD. Di tingkat ASEAN, Indonesia jauh tertinggal dibanding Vietnam, Thailand dan Malaysia. Kemampuan matematika, membaca menulis, serta pengetahuan umum siswa sekolah dasar hingga usia 15 di Negeri Singa dinilai paling wahid dibanding 76 negara OECD empat besar negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia adalah Hong Kong, Korea Selatan, Jepang dan luar Asia, Finlandia berada di urutan merupakan negara di benua Amerika yang muncul paling pertama di urutan ke Serikat hanya’ menempati urutan ke memberi kejutan dengan bercokol di urutan berada di urutan 69, kalah dibanding Thailand di posisi 47 dan Malaysia di nomor di negara-negara maju Asia fokus meningkatkan kualitas OECD melibatkan 76 negara dari status ekonomi yang dikelola oleh sebuah Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan atau ingin memberikan gambaran mengenai perbandingan sistem pendidikan di negara maju maupun juga bertujuan mencari tahu kelemahan maupun kekuatan pada sistem pendidikan suatu negara. 10 BESAR NEGARA DENGAN SISTEM PENDIDIKAN TERBAIK DI DUNIA 1. Singapura 2. Hong Kong 3. Korea Selatan 4. Jepang 5. Taiwan 6. Finlandia 7. Estonia 8. Swis 9. Belanda 10. Kanada 5 BESAR NEGARA DENGAN SISTEM PENDIDIKAN TERBURUK DI DUNIA 1. Oman 2. Maroko 3. Honduras 4. Afrika Selatan 5. Ghana MENGENAL SISTEM PENDIDIKAN NEGERI SINGA PRA-SEKOLAH *Untuk mendaftar pra-sekolah di Singapura, seorang Anak harus berusia 3-6 tahun.* Pra-sekolah di Singapura juga menawarkan tempat penitipan Anak.* Semua pra-sekolah dioperasikan oleh yayasan, badan keagamaan, lembaga sosial dan organisasi bisnis.* Periode belajar untuk anak-anak pra-sekolah berlangsung selama 2 ½ - 4 jam dan 5 hari dalam seminggu.* Pada tingkat ini yang diutamakan adalah mempelajari bahasa Inggris sebagai bahasa utama dan bahasa Mandarin sebagai bahasa kedua. SEKOLAH DASAR *Sekolah Dasar di Singapura membutuhkan waktu 6 tahun untuk menyelesaikannya.* Pada jenjang ini, para siswa akan mempelajari bahasa Inggris, Mandarin, Melayu, Matematika, Musik, Kesenian, Olahraga dan juga Ilmu Pengetahuan Sosial.* Matematika yang diajarkan di sekolah dasar ini diadopsi dengan menggunakan materi-materi dari standar Internasional.* Seorang siswa harus menunjukkan hasil belajarnya pada tahun ke 6 dengan melakukan ujian kelulusan Sekolah Dasar TINGKAT SEKOLAH MENENGAH *Siswa akan dibagi ke dalam dua kelompok yakni kelompok GCE N Normal dan kelompok GCE O Ordinary.* GCE O adalah kumpulan siswa-siswa berprestasi. Pada jenjang ini, kegiatan belajar dilakukan selama 4 tahun.* Untuk GCE N bisa mendapatkan sertifikat GCE O jika melakukan suatu ujian pada tahun ke lima* Kurikulum pada tingkat sekolah menengah di Singapura ini telah diakui oleh internasional. PERGURUAN TINGGI *Setelah menyelesaikan ujian Level GCE O, siswa dapat mendaftar ke perguruan tinggi junior Junior College ataupun politeknik.* Junior College. Setelah berhasil duduk lulus dari GCE O, siswa dapat melanjutkan studi ke Junior College pra-universitas selama 2-3 tahun.* Politeknik. Politeknik menawarkan berbagai jurusan seperti Teknik, Ilmu Pengetahuan Bisnis, Komunikasi, Desain dan Info-Komunikasi.* Pendidikan tingkat tersier. Mereka yang memenuhi syarat dapat mencoba beralih ke tingkat tersier. SEKOLAH INTERNASIONAL DAN SEKOLAH SWASTA *Meskipun sekolah swasta terbuka untuk orang-orang Singapura, tetapi mereka tidak diperbolehkan mengikuti sekolah internasional.* Singapura memiliki berbagai sekolah internasional yang bertujuan untuk melayani para ekspatriat.* Kurikulum di sekolah-sekolah tersebut mengikuti kurikulum negara asal sekolah tersebut. Biayanya bervariasi tetapi minimal adalah SGD$ per tahun. PENDIDIKAN DI INDONESIA *Secara terstruktur, pendidikan di Indonesia menjadi tanggung jawab Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Kemendikbud,* Di Indonesia, semua penduduk wajib mengikuti program wajib belajar pendidikan dasar selama sembilan tahun, enam tahun di SD/Madrasah Ibtidaiyah dan tiga tahun di sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah* Saat ini, pendidikan di Indonesia diatur melalui Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional* Pendidikan di Indonesia terbagi ke dalam tiga jalur utama, yaitu formal, nonformal, dan informal. Pendidikan juga dibagi ke dalam empat jenjang, yaitu anak usia dini, dasar, menengah, dan tinggi SEJUMLAH PROBLEM KURIKULUM 1 Kurikulum Indonesia Terlalu Kompleks 2 Seringnya Berganti Nama 3 Kurang Lengkapnya Sarana dan Prasarana 4 Kurangnya Pemerataan Pendidikan 5 Kurangnya Partisipasi Siswa 5 KAMPUS TERBAIK DI INDONESIA 2015 VERSI SITUS HTTP// Institut Teknologi Bandung Bandung2. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta3. Universitas Indonesia Depok4. Universitas Brawijaya Malang5. Universitas Sebelas Maret Surakarta 5 UNIVERSITAS TERBAIK INDONESIA 2015 VERSI QSWORLD UNIVERSITY1. Universitas Indonesia2. Institut Teknologi Bandung3. Universitas Gadjah Mada4. Universitas Airlangga5. Institut Pertanian Bogor 5 BESAR UNVERSITAS TERBAIK INDONESIA VERSI WEBOMETRICS1. UGM2. Universitas Indonesia3. Institut Teknologi Bandung4. Universitas Brawijaya5. Institut Pertanian Bogor 5 UNIVERSITAS TERBAIK DUNIA 2015 VERSI TIMES HIGHER EDUCATION 1. Institut Teknologi California Amerika Serikat 2. Universitas Harvard Amerika Serikat 3. Universitas Oxford Inggris 4. Universitas Stanford Amerika Serikat 5. Universitas Cambridge Inggris 5 UNIVERSITAS TERBAIK DUNIA VERSI TIMES HIGHER EDUCATION 1. Universitas Harvard Amerika Serikat 2. Institut Teknologi Massachussetts Amerika Serikat 3. Universitas Cornell Amerika Serikat 4. Universitas Michigan Amerika Serikat 5. Universitas Stanford Amerika Serikatftr

MadrasahAl Irsyad Al Islamiah sendiri memiliki total siswa 900 orang mulai dari tingkat dasar hingga menengah. Demi mengakomodasi kurikulum ganda, Islam dan nasional, sekolah memiliki waktu sekolah tiga jam lebih panjang dari pada sekolah umumnya. Madrasah Al Irsyad menempati urutan pertama dari enam madrasah yang ada di Negeri Singa tersebut.

JAKARTA — Keberadaan lembaga pendidikan Islam di negara-negara yang mayoritas penduduknya nonMuslim sejatinya tidak bisa dianggap remeh. Sebab, kehadiran institusi tersebut menjadi salah satu faktor yang menentukan keberlangsungan proses kaderisasi para calon cendekiawan Muslim di sana. Salah satunya Singapura. Negeri dengan populasi Muslim yang hanya berjumlah 14 persen dari total penduduknya itu kini mulai menunjukkan gairah keilmuan di sejumlah lembaga pendidikan Islamnya. "Meski Singapura tidak dapat dijadikan sebagai model untuk pendidikan Islam secara global, negara ini memiliki cukup banyak madrasah," ujar akademisi dari Universitas Nasional Singapura, Dr Syed Muhammad Khairudin Aljunied, kepada Republika, belum lama ini. Saat ini, terdapat sedikitnya enam madrasah di Singapura yang menawarkan program pendidikan dari jenjang sekolah dasar hingga jenjang pendidikan sarjana. Keenam madrasah itu adalah Aljunied alIslamiah, Irsyad Zuhri al Islamiah, alMaarif alIslamiyah, Alsa goff alArabiah, alArabiah alIslamiah, dan Wak Tanjong alIslamiah. Aljunied mengatakan, Madrasah al Maarif alIslamiyah dan Madrasah Alsa goff al Arabiah boleh disebut sebagai lembaga pendidikan Islam yang punya reputasi paling bagus di Singapura. Salah satu indikatornya, kedua institusi itu telah melahirkan banyak sekali lulus an yang mampu menguasai bahasa Arab dan Inggris secara fasih. "Anak saya sen diri saya sekolahkan di Madrasah al Maarif alIslamiyah," tutur Aljuneid. Dia mengungkapkan, Pemerintah Singapura juga cukup responsif dalam memberikan dukungan bagi keberlangsungan kegiatan pendidikan Islam di sana. Hal itu bisa dibuktikan lewat prog ram beasiswa yang rutin diberikan ke pada para siswa madrasah setiap tahunnya. Pemerintah setempat juga kerap mengadakan pelatihan untuk guruguru madrasah. Seluruh madra sah juga mendapatkan bantuan dana pendidikan lebih dari 3 juta dolar Singapura setara Rp 30 miliar per tahun. Kendati demikian, ia tak menampik bahwa saat ini masih terdapat kendala dalam memajukan lembaga pendidikan Islam di Singapura. Kendala itu terutama bisa dilihat dari kurangnya upaya para pengelola madrasah untuk mempromosikan institusi mereka kepada ma syarakat luas. BACA JUGA Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Klik di Sini

Kepalasekolah/ madrasah harus menjadi orang yang terus-menerus belajar (continuous learner). Sebagai wujud dari prinsip ini, setiap kepala sekolah harus selalu: (1) menilai dan menganalisis keefektifan kinerjanya, (2) melakukan refleksi terhadap praktik-praktik kepemimpinan yang dilakukan, (3) bersikap adaptif terhadap perubahan, dan (4) terus

iAAtvEg.
  • 0s13iwkprc.pages.dev/709
  • 0s13iwkprc.pages.dev/98
  • 0s13iwkprc.pages.dev/740
  • 0s13iwkprc.pages.dev/527
  • 0s13iwkprc.pages.dev/938
  • 0s13iwkprc.pages.dev/506
  • 0s13iwkprc.pages.dev/981
  • 0s13iwkprc.pages.dev/26
  • 0s13iwkprc.pages.dev/321
  • 0s13iwkprc.pages.dev/620
  • 0s13iwkprc.pages.dev/414
  • 0s13iwkprc.pages.dev/325
  • 0s13iwkprc.pages.dev/939
  • 0s13iwkprc.pages.dev/232
  • 0s13iwkprc.pages.dev/820
  • madrasah yang berkembang di singapura ditunjukkan oleh nomor